Seperti yang dilansir Antara, Sabtu, (27/8/2022), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober bertambah 54 sen atau 0,6 persen, menjadi menetap di 93,06 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober terangkat 1,65 dolar AS atau hampir 1,7 persen, menjadi ditutup pada 100,99 dolar per barel di London ICE Futures Exchange.

Untuk minggu ini, patokan minyak mentah AS naik 2,9 persen, sementara Brent melonjak 4,4 persen, berdasarkan kontrak bulan depan. Pergerakan tersebut terjadi karena para pedagang bertaruh pada kemungkinan penurunan produksi oleh produsen minyak utama.

Menteri energi Arab Saudi mengindikasikan, awal pekan ini ada keterputusan antara harga berjangka dan fundamental, dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+ dan memiliki sarana untuk menghadapi tantangan pasar termasuk memotong produksi kapan saja dan dalam bentuk yang berbeda.

“Kesan tetap bahwa Arab Saudi tidak mau mentolerir penurunan harga di bawah 90 dolar AS. Spekulan dapat melihat ini sebagai undangan untuk bertaruh pada kenaikan harga lebih lanjut tanpa perlu takut akan penurunan harga yang lebih jelas,” kata Commerzbank dalam sebuah catatan.

Pelaku minyak juga mencerna pernyataan terbaru Jerome Powell, Ketua Federal Reserve. Dalam pidatonya pada Jumat (26/8/2022) di simposium Jackson Hole, ia menegaskan kembali janji yang secara paksa memerangi inflasi karna masih mendekati level tertinggi dalam empat dekade.

Harga minyak sebelumnya sempat turun, setelah Ketua Fed mengatakan kebijakan moneter yang ketat mungkin akan dilakukan untuk beberapa waktu guna melawan inflasi, yang berarti pertumbuhan lebih lambat, pasar kerja yang lebih lemah dan rasa ketidak nyamanan untuk rumah tangga dan bisnis. (ant/des/ipg)