Jumat, 3 Mei 2024

IMF: Kemungkinan “Default” Rusia, Tak Akan Picu Krisis Keuangan Global

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Kristalina Georgieva Direktur Pelaksana IMF berbicara pada konferensi pers menjelang World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss 20 Januari 2020. Foto: Reuters/Denis Balibouse

Rusia mungkin gagal membayar (default) utangnya setelah menerima sanksi–yang belum pernah terjadi sebelumnya–atas invasinya ke Ukraina, tetapi itu tidak akan memicu krisis keuangan global, kata Kristalina Georgieva Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, Minggu (13/3/2022).

Georgieva mengatakan kepada program “Face the Nation” CBS bahwa sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara demokrasi lainnya sudah memiliki dampak “parah” pada ekonomi Rusia dan akan memicu resesi yang mendalam di sana tahun ini.

Perang dan sanksi juga akan memiliki efek limpahan yang signifikan pada negara-negara tetangga yang bergantung pada pasokan energi Rusia, dan telah mengakibatkan gelombang pengungsi dibandingkan dengan yang terlihat selama Perang Dunia Kedua, katanya seperti dilansir Antara.

Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus.”

Sanksi itu juga membatasi kemampuan Rusia untuk mengakses sumber dayanya dan membayar utangnya, yang berarti default tidak lagi dipandang sebagai “mustahil,” kata Georgieva.

Ditanya apakah default seperti itu dapat memicu krisis keuangan di seluruh dunia, dia berkata, “Untuk saat ini, tidak.”

Total eksposur bank-bank ke Rusia berjumlah sekitar 120 miliar dolar AS, jumlah yang meskipun tidak signifikan, “tidak relevan secara sistemik,” katanya.

Ditanya apakah Rusia dapat mengakses 1,4 miliar dolar AS dana darurat IMF yang disetujui untuk Ukraina pekan lalu jika Moskow memenangkan perang dan mengangkat pemerintahan baru, Georgieva mengatakan dana tersebut ada di rekening khusus yang hanya dapat diakses oleh Pemerintah Ukraina.

Seorang pejabat IMF mengatakan bahwa itu mengacu pada “Pemerintah Ukraina yang diakui secara internasional.”

IMF tahun lalu memblokir akses ke dana Afghanistan oleh Taliban setelah mereka menguasai pemerintah, dengan alasan kurangnya kejelasan atas pengakuan penguasa Taliban dalam komunitas internasional.

Georgieva pekan lalu mengatakan IMF akan menurunkan perkiraan sebelumnya untuk pertumbuhan ekonomi global 4,4 persen pada 2022 sebagai akibat dari perang, tetapi mengatakan lintasan keseluruhan tetap positif.

Pertumbuhan tetap kuat di negara-negara seperti Amerika Serikat yang cepat pulih dari pandemi Covid-19, katanya kepada CBS.

Dampaknya akan paling parah dalam hal kenaikan harga-harga komoditas dan inflasi, berpotensi menyebabkan kelaparan dan kerawanan pangan di beberapa bagian Afrika, katanya.(ant/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
32o
Kurs