Sabtu, 27 April 2024

Supaya Bisa Jadi Pemain Utama Industri Halal Dunia, Pemerintah Wajib Tentukan Fokus Kebijakan

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Airlangga Hartarto Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam acara Indonesia Halal Industry Award (IHYA) 2022 di jakarta, Jumat (10/12/2022). Foto: Antara

Pemerintah terus berupaya mengakselerasi pengembangan industri halal nasional dan mewujudkan visi Indonesia sebagai Produsen Halal Terkemuka di Dunia.

Berbekal potensi bonus demografi dan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, Indonesia sangat mungkin menjadi pasar terbesar produk halal global.

“Indonesia sebagai rumah Umat Muslim terbesar penduduknya 229,6 juta jiwa pada tahun 2020, mempunyai pengeluaran untuk produk dan layanan halal mencapai 184 miliar Dollar AS tahun 2020. Diperkirakan pada tahun 2025 mencapai 281,6 miliar Dollar AS. Jadi, ini merupakan pasar yang besar,” ujar Airlangga Hartarto Menteri Koordinator bidang Perekonomian pada acara Indonesia Halal Industry Award (IHYA) 2022, di Jakarta, Jumat (9/12/2022).

Menanggapi hal itu, Yusuf Wibisono Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) mengatakan, Pemerintah perlu menentukan fokus pengembangan industri halal di Indonesia.

Karena, terdapat banyak sekali sektor, peluang dari industri halal yang sifatnya organik untuk bisa dikembangkan.

Penduduk dunia yang menganut Agama Islam ada 1,8 miliar jiwa. Sementara, di Indonesia sekitar 90 persen dari 270 juta penduduknya beragama Islam.

“Market besar itu tidak hanya di domestik, tapi pasar global kalau serius menggarap potensi market kita bisa jadi pemain besar di tingkat global,” ucapnya di Jakarta, Senin (12/12/2022).

Umat Muslim membutuhkan produk atau jasa yang syariah, mulai dari makanan-minuman, busana, kosmetik-obat- obatan sampai ke wisata halal.

Sejumlah negara lain pun mulai menggali potensi halal, seperti Korea Selatan dan Jepang menawarkan wisata halal, Malaysia dengan perbankan syariah dan China dengan produksi busana syariah.

“Langkah pertama yang baik adalah tetapkan dulu fokusnya di mana? Karena market halal besar, maka perlu tetapkan fokus. Untuk menjadi pemain besar dunia, tetapkan dulu fokusnya. Kalau semua diambil, maka tingkat keberhasilannya rendah,” paparnya.

Yusuf melanjutkan, kalau sekarang yang tengah diakselerasi wisata halal, maka perlu standardisasi dan juga branding yang benar tentang wisata halal.

Selain itu, wisata halal wajib membuat konsumen merasa nyaman, mendapatkan makanan halal, dan tempat ibadah yang nyaman.

“Kalau mau melihat potensi pasar domestik, tentu panganan halal. Kalau market domestik dan luar wisata halal, karena destinasi wisata kita sangat lengkap, wisata alam indah, budaya unik, wisata kuliner sangat beragam, wisata bahari, sangat eksotis luar biasa. Wisatawan Muslim diarahkan ke wisata halal sangat mudah,” imbuhnya.

Kemudian, industri halal harus diikuti pengembangan ekosistem halal selain urusan sertifikasi. Contohnya, bagaimana sebuah hotel tidak sekadar memiliki sertifikasi halal, tapi juga sumber daya manusianya siap dengan ekosistem halal.

Sementara itu, Dadan Nugraha Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, Indonesia mempunyai peluang dan potensi besar berjaya di bidang industri halal dunia.

Dadan bilang, Indonesia mempunyai modal berlimpah dalam industri tersebut dengan keanekaragaman hayati dan kekayaan sumber daya alam (SDA). Hal itu akan sangat mendukung industri halal dalam penyediaan bahan baku.

“Alasannya paling tidak karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan SDA yang melimpah sebagai bahan baku produk halal, baik untuk pangan, obat, kosmetik, dan bidang lain,” ungkapnya.

Walau begitu, potensi dan peluang Indonesia dalam industri halal harus menghadapi tantangan untuk bisa menjadi pemain utama dunia.

“Tantangannya, bagaimana kita bisa mendorong SDA tersebut memiliki added value,” tegasnya.

Maka dari itu, Dadan menyarankan Pemerintah menggenjot inovasi dan riset industri halal. Lalu, Pemerintah juga patut mendorong penguatan ekosistem industri halal dan menyediakan regulasi yang berpihak pada industri halal.

“Di situ riset dan teknologi dapat berperan. Pemanfaatan hasil riset dan inovasi pada UMKM dan industri produk halal menjadi salah satu penentu. Di samping itu, dukungan regulasi untuk memperkuat ekosistem industri halal juga penting,” tandasnya.(rid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
28o
Kurs