Selasa, 14 Mei 2024

Awal Pekan, Rupiah Menguat 89 Poin Jadi Rp15.404 per Dolar AS

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara Ilustrasi - Petugas menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di pusat sebuah bank di Jakarta. Foto: Antara

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan, Senin (20/11/2023) pagi, menguat sebesar 0,57 persen atau 89 poin menjadi Rp15.404 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.493 per dolar AS.

Ariston Tjendra Pengamat pasar uang mengatakan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 sebesar 3,48 miliar dolar AS memberikan sentimen positif nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Potensi penguatan ke arah Rp15.400 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp15.500 untuk hari ini,” katanya, yang dilansir Antara.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020.

Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2022 (year on year/yoy).

Di sisi lain, Ariston menganggap rupiah akan menguat karena dipengaruhi faktor eksternal dari laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen.

Adapun data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu, dari perkiraan sebelumnya 220 ribu.

“Dengan angka inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya, ini memperbesar ekspektasi peluang pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat. Indeks dolar AS terlihat bergerak di kisaran 103,80 pagi ini setelah pekan lalu bergerak di atas 104. Di sisi lain, sebagian petinggi Bank Sentral AS yang memberikan pernyataan soal kebijakan moneter AS pekan lalu, mengungkapkan ketidakyakinannya bahwa inflasi bakal turun cepat ke target 2 persen, sehingga AS masih memerlukan kebijakan suku bunga tinggi saat ini,” ungkapnya.

Hingga saat ini, tidak ada data AS yang penting. Pasar menunggu rilis notulen rapat Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (22/11/2023) dinihari untuk mencari petunjuk soal kebijakan suku bunga tinggi The Fed ke depan. (ant/and/bil/ham)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 14 Mei 2024
28o
Kurs