Cerita Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) produk kasur di Surabaya dari berdagang di toko hingga bisa ekspor dan punya omzet miliaran rupiah.
Vincentius Leonardo salah satu pemiliknya menceritakan, usaha itu berawal dari rumah industri yang dirintis ayahnya sejak 1990.
Namun kejayaan usaha itu hanya bertahan sepuluh tahun lebih. Pada 2008, operasional usaha anjlok. Hingga 2016, ia dan kedua kakaknya memutuskan melanjutkan usaha yang hampir bangkrut itu.
“(Saya diwarisi) dua outlet (toko), satu pabrik, sati kantor belum lunas, dan utang,” katanya ditemui di pabrik produksi kasurnya di Pasuruan, Senin (28/4/2025).
Ia bersama dua kakaknya, Stephanie Maria Angeline Digital Marketing Director dan Antonius Bernard Managing Director meneruskan produksi hingga penjualan kasur dengan cara konvensional.
“Saya bisa jahit, bisa operator, bisa benerin mesin rusak, sampai jadi tukang angkut ke toko-toko nawarin kasur,” imbuhnya.
Meski mulai tumbuh di 2018 dengan menjadi PT Gerongan Surajaya, hingga berhasil ekspor ke Asia dan Australia 2019, tapi usaha kasur itu kembali dihantam pandemi Covid-19.
“Covid-19 2020 selama tujuh bulan tidak ada orderan. Kita juga putar otak, Covid-19 kita punya visi tidak mau PHK dan untungnya tercapai. Karyawan sekalipun tidak pernah demo, karena kekeluargaannya,” terangnya.
Usai setahun jatuh bangun karena Covid-19, 2021 ketiganya memutuskan memulai penjualan online lewat marketplace Shopee.
Percobaam tanpa pikir panjang itu harus diambil, dari pada membiarkan usahanya tumbang karena tak menentunya pesanan.
Pelan-pelan usahanya menunjukkan hasil signifikan. Dari semula omzet maksimal 2 juta rupiah selama sebulan, kini miliaran rupiah.
“Dari 1-2 juta, lalu naik Rp60 juta, Rp80 juta, sampai miliaran sebulan. Tiap tahun naik dua kali lipat,” jelasnya.
Mereka pelan-pelan membangkitkan penjualan offline yang dulunya hanya 20 unit maksimal dalam sehari, tapi kini bisa 3.000 pesanan minimal dalam sebulan.

Usahanya bahkan sudah punya total 70 karyawan dan berkembang sampai memproduksi 800 varian kasur.
Meski masih ada beberapa toko di Surabaya, mereka sudah bertransformasi penjualan dengan prioritas online.
Sejauh ini pembeli produknya masih didominasi pasar lokal, dan sebagian ekspor.
“Pakai host live streamer ada 15. Target ke depan di Jatim udah lumayan, tahun ini atau tahun depan ke Jakarta, Jawa Barat penginnya,” ucapnya.
Antonius Bernard kakak pertamanya menambahkan, kesulitan mereka hari ini sudah terbayar lunas.
Sertifikat rumah keluarga di kawasan elite Surabaya yang sempat digadaikan demi melanjutkan usaha tahun 2019 lalu, beserta utang-utang, berhasil ditebus.
“Paling susahnya 2019-2020 kumpulin sales-sales, saya bilang ini nyawa terakhir, rumah saya masukin bank, kalau ini enggak berhasil 1-2 tahun tutup, rumah hilang, karyawan PHK,” ucapnya. (lta/saf/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
