Minggu, 2 Juni 2024

Berbekal Hafal Alquran, Tunanetra Asal Mojokerto Berangkat Haji

Laporan oleh Bruriy Susanto
Bagikan
Imam Suhandri seorang tunanetra saat dibantu petugas KKP Embarkasi Surabay, Selasa (23/8/2016). Foto: Bruriy suarasurabaya.net

Imam Suhandri, 50 tahun, jemaah calon jemaah haji (JCH) tunanetra asal Mojokerto, akhirnya bisa menunaikan rukun Islam kelima, yakni berangkat haji, di kloter 35, Selasa (23/8/2016).

Imam mengaku sejak kecil sudah ingin berangkat haji. Untuk mewujudkan keinginannya, kata Imam, dia mengandalkan doa dan membuka praktek pengobatan alternatif atau sebagai paranormal yang dijalani bertahun-tahun.

Dia menjelaskan, selama menimba ilmu agama dan dakwah di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Imam sengaja belajar menghafalkan Alquran.

“Caranya ustad saya mengaji membaca Alquran sebanyak tiga sampai lima kali. Saya yang mendengarkan, kemudian saya baca kembali secara rutin,” kata Imam Suhandri, Selasa (23/8/2016).

Dia menghafal Alquran selama lima tahun, dari tahun 1980 hingga 1985, sampai dia menjadi hafiz (penghafal pembaca alquran, red). Dari situ, dia sering diminta untuk menjadi seorang qori dan pendakwah untuk mengisi acara selama bertahun-tahun.

Di sela-sela mengisi acara, juga banyak orang yang minta didoakan agar permasalahan yang tengah dihadapi cepat selesai.

Imam juga membuka praktek pengobatan alternatif. Contohnya, ada orang datang ke tempatnya, minta tolong agar rumah ataupun tanahnya itu cepat dibeli jika dijual, kemudian urusan pekerjaan agar cepat selesai dengan baik. Supaya didoakan segala urusannya itu selesai dan terkabul dengan baik.

Nggeh ngeten. Kulo niki tiyang sokeh, sokongane wong akeh. Hasile kulo tabung damel bidal haji. Dadine saget munggah haji. (Jadi begini. Saya ini orang sokeh, dukungan orang banyak. Hasilnya saya tabung untuk naik haji. Jadinya bisa naik, red),” ujar dia.

Imam juga mengaku sudah pernah masuk daftar haji pada tahun 2009, jadwal berangkatnya tahun 2013. Namun batal karena uang yang sebenarnya sudah dibayar lunas untuk pemberangkatan di salah satu KBIH di kawasan Mojokerto hilang (pemilik KBIH membawa kabur uangnya, red).

Dia mendaftarkan kembali untuk mengisi kursi haji yang pemberangkatannya itu sempat tertunda, dan baru bisa berangkat tahun 2016. Uang dari hasil jerih payahnya sebagai pendakwah dan membuka praktek pengobatan alternatif.

“Alhamdulillah saya bisa berangkat menjalankan rukun Islam kelima ini. Pertama membayar Rp20 juta, berikutnya membayar Rp15 juta. Uangnya itu semua dari hasil membantu orang, untuk minta didoakan segala urusannya itu beres,” ujarnya. (bry/iss)

Berita Terkait

..
Surabaya
Minggu, 2 Juni 2024
33o
Kurs