Senin, 17 Juni 2024

Unair Teliti Terapi Daun Ashitaba untuk Penyembuhan Luka Bakar

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Tiga mahasiswa Universitas Airlangga yang berkolaborasi meneliti terapi transdermal delivery dari daun ashitaba (angelica keiskei) untuk penyembuhan luka bakar. Foto: Humas Unair

Mahasiswa Fakultas Kedookteran Hewan (FKH) dengan mahasiswa Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga berkolaborasi meneliti terapi transdermal delivery dari daun ashitaba (angelica keiskei) untuk penyembuhan luka bakar.

Tim tersebut terdiri dari Akhmad Afifudin Al-Anshori, mahasiswa FKH angkatan 2016; Muhamad Kharis Suhud, mahasiswa FKH angkatan 2017; dan Alif Noviana Ismi, mahasiswa FF angkatan 2016.

Gagasan yang mereka susun itu dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) yang berjudul “Nano Ethosomal Gel Daun Angelica Keiskei Sebagai Transdermal Delivery Kesembuhan Luka Bakar”.

Di bawah bimbingan Dr. Lilik Maslachah., M.Kes.,drh., proposal itu berhasil lolos seleksi DIKTI, sehingga berhak atas dana hibah penelitian dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2018-2019.

Afif, anggota tim mengatakan bahwa alasan memilih Ashitaba, dikarenakan tanaman tersebut merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi besar sebagai obat tradisional.

Hampir seluruh bagian dari tanaman Ashitaba, lanjutnya, secara empiris telah digunakan masyarakat sekitar perkebunan Ashitaba yang terletak di Desa Ketapanrame, Trawas, Kabupaten Mojokerto.

“Penggunaanya untuk beberapa penyakit misalnya antihipertensi, antidiabetes, dan menurunkan kolestrol,” ujar Afif selaku ketua tim peneliti.

Lebih lanjut, Afif juga menjelaskan bagian daun Ashitaba mengandung zat flafonoid, tanin, triterpenoid yang memiliki aktivitas antioksidan dibandingkan bagian yang lain. Kandungan senyawa itu, tambahnya, mampu membantu memperbaiki kerusakan sel akibat induksi luka bakar.

Tidak hanya itu, jelasnya, antioksidan dari daun Ashitaba mampu memicu produksi kolagen dan peningkatan Vascular Endothelial Growth Factor(VEGF). Aktivitas antiinflamasi terjadi dengan cara mengurangi gejala inflamasi seperti sakit, ke merahan, dan bengkak.

“Sedangkan aktivitas antibakteri bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri,” tandasnya.

Alif juga menjelaskan, efisiensi terapi transdermal system pada luka bakar dapat diberikan dalam bentuk sediaan nanoethosomal gel yang merupakan pembawa vesikuler baru untuk meningkatkan pengiriman melalui kulit. Ukuran vesikula nanoethosomal dapat dimodulasi dari mikron menjadi 10 nanomikro.

“Nanoethosomal gel dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat sehingga dapat menembus ruang antarsel pada organ yang kecil sekalipun. Kelebihan nanoethosomal gel lainnya adalah dapat meningkatkan spesifitas target dari obat sehingga lebih tepat sasaran. Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak digunakan karena mudah mengering, membentuk lapisan film yang mudah dicuci dan memberikan rasa dingin di kulit. Sediaan gel mempunyai kadar air yang tinggi, sehingga dapat menghidrasi stratum corneum,” jelasnya.

Pada akhir, Afif mengatakan bahwa uji coba pemberian nanoethosomal gel itu dilakukan pada tikus wistar yang di Induksi luka bakar dan telah menunjukkan hasil yang signifikan.

“Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah dalam meningkatakan kesehatan kulit yang mengalami luka bakar. Serta menjadi referensi ilmiah terkait kemampuan nanopartikel daun Ashitaba yang dibuat dalam sediaan nanoethosomal gel dan menjadi rujukan bagi kesembuhan luka bakar pada penelitian dengan model hewan coba tikus,” pungkasnya. (iss)

Berita Terkait

..
Surabaya
Senin, 17 Juni 2024
31o
Kurs