Sabtu, 2 Agustus 2025

Nostalgia: Patrick, Yenny hingga Tita Penyiar Lawas Era Awal Suara Surabaya Kembali Mengudara

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
(Kiri-Kanan) Tita Sembiring Mantan Penyiar, Yenny Sampoerno Mantan Penyiar, Fajar Arifianto Mantan Reporter, Patrick Jonathans Mantan Penyiar saat mengudara di Radio Suara Surabaya membagikan pengalamannya saat di studio Suara Surabaya, Sabtu (19/4/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurdabaya.net

Suasana nostalgia terasa saat tiga mantan penyiar Radio Suara Surabaya era 80-90an berkumpul dan mengudara, pada Sabtu (19/4/2025) pagi. Mereka adalah Patrick Jonathans, Yenni Sampoerno, dan Tita Sembiring yang ditemani Fajar Arifianto mantan reporter Suara Surabaya era reformasi.

Keempatnya berkumpul di kantor Suara Surabaya (SS) Media, Jalan Raya Bukit Darmo No. 22-24 Surabaya dalam rangka temu kangen dan halal bi halal seluruh karyawan dan mantan karyawan SS dari lintas generasi.

“SS itu bukan sekadar success story, tapi fenomena,” celetuk Patrick Jonathans, mantan penyiar era awal Suara Surabaya mengudara.

Patrick Jonathans Mantan Penyiar Suara Surabaya saat mengudara di Radio Suara Surabaya membagikan pengalamannya saat di Suara Surabaya Media, Sabtu (19/4/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurdabaya.net

Ia mengenang awal mula terjun ke radio mengikuti jejak kakaknya, mendiang Errol Jonathan mantan CEO sekaligus salah satu pendiri Radio Suara Surabaya. Patrick bercerita dia bergabung dengan SS sejak tahun 1984, tepat satu tahun Suara Surabaya berdiri.

Bahkan Patrick mengaku saat itu ia masih baru lulus SMA saat bergabung dengan Radio Suara Surabaya.

“Aku masuk di Suara Surabaya dulu karena kakak tercinta, Mas Errol. Lalu almarhum Mas Toyo (Soetojo Soekomiharjo), pemilik Suara Surabaya, cocok dengan lagu-lagu yang aku pilih, akhirnya aku disuruh ikut gabung. Waktu itu baru lulus SMA,” kenangnya.

Patrick yang juga pernah berkarier di Jakarta, menambahkan bahwa ikatan keluarga di antara para penyiar Suara Surabaya masih begitu kuat, meski tidak semua sempat bertemu dalam satu era kerja. “Kita begitu dekat, seolah-olah memang kita seperti pernah bekerja bersama-sama,” ujarnya.

Selanjutnya Yenni Sampoerno, penyiar yang bergabung sejak lulus SMA, membagikan kisahnya yang tidak kalah unik. Yenni mengaku diajak langsung oleh Patrick Jonathans yang kala itu satu sekolah di SMA Santa Maria dengannya sama-sama pada 1984.

“Saya tuh di Suara Surabaya lulus SMA. Yang ngajak saya siaran tuh Patrick. Saya bilang pengen dong jadi penyiar SS, terus dia bilang, ya udah daftar aja. Zaman dulu kan gak ada tes-tes, langsung aja siaran dikasih sejam sehari, dengan bayaran 2.000 rupiah,” ujarnya sambil tertawa.

Yenny Sampoerno Mantan Penyiar Suara Surabaya saat mengudara di Radio Suara Surabaya membagikan pengalamannya saat di Suara Surabaya Media, Sabtu (19/4/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurdabaya.net

Yenni yang dikenal dengan gaya siarannya yang ramah dan penuh semangat juga menyampaikan pentingnya menjaga silaturahmi di tengah kesibukan masing-masing.

“Dimanapun kalian berada, Surabaya ini tetap menjadi seperti sekolahan kita, almamater kita, yang paling tidak mendewasakan kehidupan kita. Mau melupakan SS itu tidak mungkin, karena ada bagian dari hati yang tertinggal di sini,” katanya dengan nada haru.

Sementara itu, Tita Sembiring yang dikenal dengan sapaan khasnya Horas Ma Jua Jua juga turut hadir. Tita bergabung di Suara Surabaya sekitar tahun 1992 hingga awal 2001.

“Penyiar iya, reporter iya, gate keeper iya. Waktu jaman itu seperti itu ya, harus serba bisa. Mas Errol itu pengen kita seperti itu, bisa semuanya,” ujar Tita.

Tita Sembiring Mantan Penyiar Suara Surabaya saat mengudara di Radio Suara Surabaya membagikan pengalamannya saat di Suara Surabaya Media, Sabtu (19/4/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurdabaya.net

Ia kemudian mengenang bagaimana kedekatan dengan pendengar menjadi kekuatan utama Suara Surabaya di masa itu.

“Pendengar itu tidak pernah segan untuk mengundang kita. Bahkan ada yang datang bawa oleh-oleh. Mereka lebih dari sekadar pendengar, udah seperti sahabat, keluarga,” tuturnya.

Terakhir Fajar Arifianto mantan reporter Suara Surabaya sekaligus penggagas acara halal bihalal kali ini, mengatakan bahwa pertemuan/reuni ini penting sebagai ruang temu lintas generasi karyawan Suara Surabaya.

“Hari ini memang teman-teman mengadakan halal bihalal sekaligus kursilaturahmi alumni SS lintas era. Kebetulan saya termasuk reporter yang di era reformasi diminta Mas Errol untuk liputan ke Jakarta. SS waktu itu yang pertama kali melaporkan kesediaan Gus Dur jadi presiden. Itu momen yang sangat berkesan buat saya,” tutur Fajar.

Fajar Arifianto Mantan Reporter Suara Surabaya menjadi penggagas acara “Halal Bihalal dan Reuni Mantan Suara Surabaya Lintas Era” , Sabtu (19/4/2025). Foto: Fatihah Salsabila Mg suarasurabaya.net

Ia menambahkan, semangat temu kangen ini lahir dari keinginan untuk kembali menyambung rasa dan semangat keluarga besar Suara Surabaya yang pernah tumbuh bersama.

“Mumpung masih ada usia, masih sehat, pengenlah kita berjumpa. Kita nggak tahu ya, namanya waktu. Ini momen yang baik setelah Hari Raya,” ujar Fajar yang juga Dirut RPH Surabaya.

Adapun acara halal bihalal ini dimaksudkan juga sebagai saksi meski waktu berlalu dan masing-masing telah menempuh jalan sendiri, keluarga besar Suara Surabaya tetap terikat satu sama lain.

“Radio itu bukan cuma soal frekuensi, tapi tentang frekuensi hati yang sama. Itu yang membuat kita tetap terhubung,” tutup Patrick Jonathans.(bil/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Sabtu, 2 Agustus 2025
33o
Kurs