
Selama 19 bulan bencana Lumpur Lapindo di Desa Siring, Sidoarjo, total jumlah kerugian ekonomi yang ditimbulkan sudah mencapai Rp28,3 triliun. Penghitungan ini dilakukan oleh Tim Sosial Ekonomi Kelompok Riset Lumpur Lapindo Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Dra. AGNES TUTI RUMIATI, M.Sc anggota Tim Sosial Ekonomi Kelompok Riset Lumpur Lapindo Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada suarasurabaya.net, Rabu (19/12) mengatakan ada 3 metode yang digunakan dalam penghitungan kerugian ekonomi ini.
Metode itu yakni, perkiraan kerugian aset, perkiraan kerugian ekonomis di lokasi luapan lumpur, dan perkiraan dampak ganda sektoral perekonomian di Jawa Timur.
Berdasarkan data yang dihimpun tim dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sidoarjo, ganti rugi aset perusahaan menengah dan besar adalah sekitar Rp1 triliun. Sedangkan ganti rugi lahan dan rumah masyarakat yang tenggelam karena lumpur adalah sebesar Rp. 6 triliun.
”Dengan demikian perkiraan kerugian asset ini bernilai total Rp8,3 triliun karena pembangunan jalan tol pengganti diperkirakan mencapai Rp1,3 triliun,” kata AGNES.
Sedangkan perkiraan kerugian ekonomis di lokasi luapan lumpur didapatkan dari perhitungan data dari Tabel Input-Output Jawa Timur Tahun 2000 sebagai data terakhir dengan asumsi struktur ekonomi Jawa Timur 2006 yang tidak mengalami perubahan berarti. Dariperhitungan itu didapatkan angka Rp5,8 triliun.
Untuk perkiraan dampak ganda sektoral perekonomian Jawa Timur dihitung sebagai dampak yang diterima daerah lain akibat lumpur Lapindo karena terganggunya jalur tranportasi. Kerugian ekonomis-produktif akibat luapan lumpur secara tidak langsung ini adalah Rp14,2 triliun.(edy)
Teks Foto :
– Semburan lumpur yang menyebabkan desa-desa di sekitarnya tenggelam telah merugikan perekonomian sebesar 28,3 triliun.
Foto : dok suarasurabaya.net