
Puluhan peternak di Kabupaten Banyuwangi, mengaku resah dengan adanya pengetatan pemeriksaan pengiriman hewan unggas ke Pulau Dewata, Bali, karena kuatir terinfeksi virus flu burung H5N1.
“Pengembalian ribuan hewan unggas dari Bali itu berakibat penurunan penjualan, meski masih ada daerah lain yang menerima unggas dari Banyuwangi,” kata GATOT SUGIARTO, peternak asal Rogojampi kepada ANTARA, Sabtu (18/08).
Menurut dia, daerah penjualan hewan unggas dari Kabupaten Banyuwangi, meliputi daerah Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan daerah eks Karesidenan Besuki seperti Jember, Bondowoso, dan Situbondo.
“Adanya pengetatan pengiriman unggas ke Bali, berarti daerah pemasaran semakin berkurang dan itu pasti mengurangi omzet dan keuntungan peternak unggas,” katanya.
GATOT membenarkan bahwa sejumlah hewan unggas di Kabupaten Banyuwangi terkena firus H5N1, karena kondisi cuaca yang lembab sehingga memudahkan penyebaran virus.
Hal yang sama dikatakan SUGIK SASMITO, peternak Ketapang. Ia mengatakan pemeriksaan hewan unggas dari Banyuwangi ke Bali yang terlalu ketat sangat meresahkan peternak.
Seharusnya pihak Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan (PKL) Kabupaten Jembrana, menyeleksi hewan unggas yang terkena infeksi H5N1 saja, sementara yang tidak terkena tetap diperbolehkan masuk ke Bali
“Untuk itu, saya berharap ada kebijakan yang baik dari Pemerintah Jembrana, agar tidak mematikan peternak Banyuwangi,” katanya.
Dia juga menambahkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi segera melakukan koordinasi dengan Pemerintah Jembrana, sehingga ada kesamaan pandangan terkait dengan pengawasan hewan unggas yang terkena infeksi H5N1.
ANTARA di Denpasar, Sabtu melaporkan bahwa sebanyak 6.000 anak ayam (DOC) dari Banyuwangi, Jawa Timur yang hendak dibawa ke Denpasar, terpaksa dikembalikan ke daerah asalnya, karena wilayah Kabupaten Jembrana, Bali dinyatakan terisolasi dari lalu lintas unggas, pasca tewasnya salah seorang warga setempat yang positif terinfeksi virus flu burung H5N1.(ant/ipg)