Selasa, 30 April 2024

Kasus Suap Proyek Jalan 12 Ruas, KPK Panggil Gubernur Sumbar

Laporan oleh Restu Indah
Bagikan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), memanggil Irwan Prayitno Gubernur Sumatera Barat untuk dimintai keterangan dalam rangka penyidikan kasus dugaan tindak pidana korupsi pemberian suap rencana pembangunan jalan di 12 ruas di Sumatera Barat.

“Irwan Prayitno diperiksa untuk tersangka YA (Yogan Askan),” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriati di Gedung KPK Jakarta, Jumat (12/8/16), dilansir Antara.

Sampai saat ini, Irwan yang juga dikenal sebagai politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum terlihat di Gedung KPK. Saksi lain yang turut dipanggil adalah Reydonnyzar Moenek Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri yang juga pernah menjadi mantan pejabat Gubernur Sumbar, dan Suprapto Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumbar.

“Nanti tanya sama penyidik saja. Kedatangan saya ini untuk memenuhi panggilan penyidik,” kata Reydonnyzar saat tiba di Gedung KPK.

Kasus ini berawal dari Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK pada 28 Juni 2016 terhadap I Putu Sudiarta anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat bersama Novianti (sekretaris Putu), Muchlis (suami Novianti), Suhemi (pengusaha), Yogan Askan pengusaha yang juga pendiri Partai Demokrat Sumbar, serta Suprapto Kepala Dinas Prasarana, Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar di beberapa lokasi di Jakarta, Padang dan Tebing Tinggi.

KPK menyita barang bukti transfer pemberian suap senilai Rp500 juta yang sudah diberikan secara bertahap yaitu Rp150 juta, Rp300 juta dan Rp300 juta. Penyidik juga menemukan 40.000 dollar Singapura yang masih diusut peruntukannya.

Uang suap diduga terkait rencana Dinas Prasarana Tata Ruang dan Pemukiman yang akan membuat 12 ruas jalan senilai Rp300 miliar selama 3 tahun menggunakan APBN Perubahan 2016. Hal ini menimbulkan keanehan karena Putu berada dalam komisi yang tidak mengurusi soal infrakstruktur.

Setelah dilakukan pemeriksaan, KPK pun menetapkan I Putu Sudiarta, Novianti dan Suhemi sebagai tersangka penerima suap dengan sangkaan pasal 12 huruf a atau pasal 11 UU No 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pasal tersebut mengatur pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara dan denda paling banyak Rp1 miliar.

Sedangkan tersangka pemberi suap adalah Yogan Askan dan Suprapto ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap dengan sangkaan pasal pasal 5 ayat 1 huruf a atau pasal 13 UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1.

Pasal tersebut berisi tentang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya dengan ancaman pidana paling singkat 1 tahun dan lama 5 tahun ditambah denda paling sedikit Rp50 juta dan paling banyak Rp250 juta. (ant/rid/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
28o
Kurs