Surabaya punya cerita panjang tentang kepemudaan, nasionalisme dan sejarah perjuangan. Tetapi akhir-akhir ini hal tersebut seperti hilang. Histori Surabaya harus dihidupkan generasi muda lewat budaya.
Dibanding dengan sejumlah kota lain di Indonesia, seperti Malang, Jogyakarta, sejatinya Kota Surabaya punya cerita panjang tentang kepemudaan, tentang nasionalisme, tentang sejarah panjang perjuangan. Tetapi akhir-akhir ini semangat itu seperti sirna. Generasi muda perlu dibangkitkan.
“Dibanding dengan kota lain, seperti Malang, Jogyakarta, kota Surabaya punya cerita panjang tentang kepemudaan, nasionalisme, tetapi belakangan seperti sirna. Generasi muda perlu dibangkitkan, dan lewat budaya itu bisa dilakukan,” terang Esthi Susanti pengurus FISPI.
Pergerakan perlawanan, termasuk lahirnya Nahdlatul Ulama (NU), kehadiran Soetomo, lanjut Esti, merupakan perjalanan sejarah yang tidak dipisahkan dari perkembangan histori Kota Surabaya. Termasuk jiwa kepahlawanan juga berasal dari Surabaya.
“Surabaya tidak punya museum, tidak lagi ada tempat cangkruk anak muda yang bisa mengingatkan masa lalu dan masa depan. Dan pendekatan budaya bisa dilakukan melalui titik tolak Pancasila membangun keadilan dan kesejahteraan sosial,” kata Esthi.
Dan sederet kegiatan yang dijadwalkan bakal digelar sampai akhir bulan September 2017 nanti, mulai dari pameran lukisan, seminar, yang lebih banyak membahas persoalan-persoalan kemasyarakatan dalam rangka pendidikan kewarganegaraan serta budaya.
Pada kegiatan dalam rangkaian Forum Inklusi Sosial dan Perdamaian Indonesia (FISPI) ini diawali dengan upaya pelurusan sejarah sebagai bagian pendidikan kewarganengaraan menghadirkan Dr. Jeremy F. Octavianus yang tidak lain menantu Onny Manuhutu tokoh pelaku penyobekan bendera di Hotel Oranye, Surabaya.(tok/rst)
NOW ON AIR SSFM 100
