Kamis, 18 April 2024

Pembalakan Liar Rugikan Perhutani Jember Rp1,3 Miliar

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Pembalakan liar.

Total kerugian negara akibat pembalakan liar (illegal logging) yang dilakukan pelaku pencurian kayu hutan di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Perhutani Kabupaten Jember, Jawa Timur selama tahun 2017 mencapai Rp1,3 miliar.

Karuniawan Purwanto Sanjaya, Administratur Perum Perhutani KPH Jember, di Jember, Sabtu (30/12/2017), menyebutkan jumlah kasus pembalakan liar yang terjadi di wilayahnya sepanjang 2017 sebanyak 80 kasus dengan barang bukti berhasil diamankan sekitar 11.000 meter kubik.

“Jumlah pembalakan liar tahun ini menurun sekitar 40 persen dibandingkan tahun lalu, karena petugas sudah maksimal melakukan pengamanan di lapangan dengan melakukan berbagai upaya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak menebang kayu hutan,” katanya seperti dilansir Antara.

Menurutnya, lokasi pembalakan liar tersebut terbanyak berada di kawasan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sabrang dan RPH Curahtakir yang berada di kawasan Perhutani Balai Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Ambulu.

“Dari dua lokasi pembalakan liar itu tercatat sekitar 1.050 pohon yang ditebang dengan tegakan pohon tinggi sudah berusia di atas 30 tahun, sehingga kerugiannya cukup tinggi karena satu pohon kerugiannya bisa mencapai Rp2 juta hingga Rp5 juta,” ujarnya.

Pembalakan liar yang terjadi di BKPH Ambulu dengan luas sekitar 13.053 hektare tercatat sebanyak 63 kasus dari total 80 kasus di KPH Perhutani Jember, dengan kerugian negara senilai Rp1,25 miliar.

Jenis kayu yang banyak ditebang oleh pelaku pembalakan liar yakni kayu sonokeling dan kayu jati yang bernilai jual tinggi baik yang berada di kawasan hutan produksi maupun hutan lindung di KPH Perhutani Jember.

“Pelaku illegal logging baik yang besar maupun kecil sudah ditangkap untuk efek jera bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan, namun kami juga terus berupaya melakukan pencegahan dan pendekatan persuasif kepada masyarakat agar tidak menebang kayu hutan secara liar karena dapat merusak ekosistem hutan,” katanya.

Karuniawan mengatakan banyak destinasi wisata alam yang berada di kawasan hutan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan diperbolehkan menanam tumpang sari di sela-sela pohon yang bisa digarap petani.

“Penyuluhan terus dilakukan agar kasus pembalakan liar dapat menurun, sehingga diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan potensi wisata dan menanam dengan sistem tumpang sari. Jangan lagi melakukan pembalakan liar yang dapat merusak kawasan hutan, terutama hutan lindung,” ujar dia. (ant/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 18 April 2024
26o
Kurs