Sabtu, 18 Mei 2024

Indonesia dan Swiss Kembangkan Pendidikan Vokasi Melalui S4C

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Mohammad Nasir Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Yvonne Baumann Duta Besar Swiss untuk Indonesia, dan Airlangga Hartanto Menteri Perindustrian saat acara Peluncuran Program Skill for Competitiveness (S4C) di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (20/3/2018). Foto: Kemenristekdikti

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bekerjasama dengan pemerintah Swiss untuk mengembangkan pendidikan vokasi dan training melalui program Skill for Competitiveness (S4C).

Program ini sejalan dengan program revitalisasi politeknik yang tengah dijalankan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Tujuannya untuk mengaitkan proses belajar mengajar dengan mempromosikan kerja sama antara sekolah dan bisnis di politeknik di bawah koordinasi Kemenristekdikti dan Kemenperin.

Program ini melingkupi beberapa politeknik di bidang logam, metal, furniture dan makanan. Program S4C mengadopsi konsep Dual Vocational Education and Training (D-VET) system yang selama ini telah diterapkan Swiss.

Kerjasama ini diharapkan bisa menjawab kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang terampil dan meminimalisir kesenjangan keterampilan.

Mohammad Nasir Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), menilai, program ini merupakan terobosan yang sangat bagus dalam mendukung program revitalisasi politeknik.

“Revitalisasi politeknik dilakukan agar lulusan politeknik memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Revitalisasi dilakukan dengan perubahan kurikukulum menyesuaikan kebutuhan industri, retooling dan retraining dosen politeknik,” kata Nasir saat acara Peluncuran Program Skill for Competitiveness (S4C) di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Untuk itu kerjasama dengan industri sangat dibutuhkan untuk mendorong lulusan politeknik menjadi profesional di dunia industri.

“Saya berharap agar semua industri di seluruh Indonesia di bawah koordinasi Kemenperin berkolaborasi dengan politeknik di Indonesia,” tutur Nasir.

Nasir berharap industri dapat membantu proses pembelajaran di politeknik. Dosen di politeknik diharapkan juga berasal dari industri.

“Selama ini dosen di politeknik hanya berasal dari akademik. Kami ingin dosen politeknik 50 persen dari industri dan 50 persen dari akademik,” katanya.

Airlangga Hartanto Menteri Perindustrian mengatakan kerjasama ini merupakan tahapan lebih lanjut dari proses link and match dari pendidikan dasar dan menengah ke pendidikan tinggi politeknik dengan dunia industri.

Ia berharap ke depan kerjasama ini dapat mengembangkan SDM di politeknik memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri di Indonesia.

Yvonne Baumann Duta Besar Swiss untuk Indonesia mengatakan melalui program ini, Swiss mendukung upaya Indonesia untuk meningkatkan keterampilan profesional untuk mengurangi tingkat pengangguran sehingga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.(jos/iss/den)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya
Surabaya
Sabtu, 18 Mei 2024
28o
Kurs