Senin, 29 April 2024

Kurangi Pencemaran, Eksplor Kulit Pisang dan Enceng Gondok

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Ke 3 mahasiswa ITS Surabaya yang mencoba mengeksplor kulit Pisang dan Enceng Gondok kurangi pencemaran lingkungan. Foto: Humas ITS Surabaya

Tiga mahasiswa ITS Surabaya coba berikan solusi pengolahan limbah dengan menggunakan kulit Pisang dan Enceng Gondok yang lebih ekonomis dan efisien dalam rangka kurangi pencemaran lingkungan.

Ke 3 mahasiswa ITS tersebut adalah Rizki Wahyu Ismadani, Arvianto Nugroho, dan Fahmi Riza Pahlevi dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro (FTE) ITS Surabaya.

Metode pengolahan ini dinamakan metode Musasi, merupakan gabungan kedua nama ilmiah bahan-bahan tersebut yaitu: Musa paradisiaca dan Eichhornia crassipes.

Menurut Rizki, ide tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap pelaku industri yang masih sering membuang limbah ke sungai tanpa proses pengolahan yang baik. Padahal, air sungai merupakan sumber air utama yang kemudian diolah.

“Jika ini dibiarkan, berbahaya. Karena itu fokus kami adalah pada limbah cair industri logam yang membawa dampak buruk jika sampai dikonsumsi oleh manusia,” trang Rizki.

Enceng Gondok, lanjut Rizki dipilih karena dapat menyerap warna dan bau dari limbah industri logam. Selain itu, tanaman tersebut dapat menyerap logam berat dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada air keruh. Faktor-faktor tersebutlah yang dimanfaatkan Rizki dan timnya sebagai media penyaringan.

Penggunaan kulit Pisang pun menjadi hal baru pada metode ini. Mahasiswa asal Mojokerto itu menjelaskan, kulit Pisang yang seringkali dianggap tidak memiliki harga ekonomis ternyata dapat dimanfaatkan untuk menyerap logam berat secara maksimal.

“Sebab kulit Pisang terdiri dari atom nitrogen, sulfur, dan bahan-bahan organik seperti asam carboxylic yang dapat mengikat logam dalam air,” tambah Rizki.

Tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai penyaring, Enceng Gondok tambah Rizki dan kulit Pisang pun dapat digunakan untuk menunjang penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Rizki menambahkan, antara dua kolam yang berisi Enceng Gondok dan kulit Pisang itu dipisahkan oleh sistem PLTMH.

Sistem PLTMH ini terdiri dari turbin berjenis vortex, yang berguna menghasilkan energi listrik yang berasal dari gerak. “Alhasil, daya listrik yang dikeluarkan dapat mencapai 30 kW hingga 50 kW,” pungkas Rizki, Kamis (27/12/2018).

Gagasan dalam pengembangan konsep industri ramah lingkungan ini pun mampu meraih juara kedua pada ajang Environation 2018, beberapa waktu lalu.

Acara tersebut diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian (FTSLK) ITS.(tok/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
26o
Kurs