Senin, 29 April 2024

Penghormatan Kepada Tim SAR Jelang Hari Pahlawan

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Tim Basarnas Special Group (BSG) melakukan penyelaman untuk mencari puing dan jenazah korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat. Foto: Dok/Faiz suarasurabaya.net

Seluruh bangsa Indonesia rasanya sama sekali tak berlebihan jika harus menundukkan kepala untuk menghormati seorang penyelam bernama Sjahrul Anto yang meninggal dunia hari Sabtu dinihari (3/11/2018) sekitar pukul 02.00 WIB, saat melakukan penyelaman guna membantu mengangkat korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di Tanjung Pakis, Karawang Jawa Barat.

Tidak kurang dari Joko Widodo Presiden pada Sabtu yang turut menyampaikan rasa dukacita dan belasungkawanya atas gugurnya Sjahrul Anto yang tergabung dalam Komunitas Indonesia Diving Team (KITD). Kepala Negara mengharapkan tidak akan ada lagi anggota tim penyelamat yang harus kehilangan nyawa dalam proses pencarian dan penyelamatan (SAR) terhadap 189 jiwa penumpang pesawat udara tersebut.

Antara melansir, pesawat Lion Air JT610 sebelumnya minta izin kepada pengendali pesawat atau air traffic control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta untuk kembali kesana yang istilah teknisnya adalah return to base saat baru lepas landas menuju Pangkalpinang. Akan tetapi ATC kehilangan kontak karena kemudian tak lama kemudian pesawat itu telah jatuh di perairan Karawang.

Akibat kehilangan kontak maka kemudian dilakukan pencarian sehingga sampai Minggu siang (4/11/2018), yang melibatkan ratusan orang baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya setelah berhari-hari bekerja keras tanpa mengenal lelah, para penyelam TNI Angkatan Laut dan BPPT menemukan barang yang sangat penting yang istilah teknisnya adalah lazim disebut kotak hitam atau black box.

Sebenarnya di dalam kotak itu terdapat dua alat perekam. Namun sampai dengan Minggu pagi baru ditemukan satu alat yang bernama flight data recorder (FDR) yang berisi rekaman mengenai kecepatan angin, serta arah pesawat. Sementara yang satu lagi cockpit voice report atau CVR masih terus dicari terutama oleh para penyelam Angkatan Laut.

Pentingnya Sebuah Pencarian

Pencarian para penumpang ini tentu sangat penting terutama bagi para keluarga terutama karena mereka ingin mendapat kepastian tentang nasib suami, istri, anak, kemenakan serta rekan sejawat di kantor.

Akan tetapi yang tak kalah pentingnya adalah pengorbanan penyelam Sjahrul Anto dan ratusan petugas serta relawan dan termasuk masyarakat kawasan Tanjung Pakis, Karawang harus dilakukan menjelang peringatan hari Pahlawan 10 November 2018.

Pada 10 November 1945, rakyat di Tanah Air khususnya Surabaya berjuang mati-matian untuk mengusir penjajah Belanda. Tindakan heroik itu ikut memacu rakyat Indonesia di berbagai daerah lainnya untuk turut serta mengusir penjajah Belanda.

Sekarang perjuangan bangsa Indoesia terutama adalah tidak lagi menyandang senjata tapi bagaimana membangun bangsa ini di bidang ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Sjahrul Anto dan sesama penyelam swasta serta TNI, masyarakat umum, BPPT, Tagana dan tentu saja prajurit Polri telah membuktikan secara nyata bahwa mereka adalah pahlawan- pahlawan sejati yang tak boleh diragukan kesetiaan dan kemampuannya.

Ketika terjadi gempa bumi dan gelombang laut di Palu, Donggala, Sulawesi Tengah, Jusuf Kalla Wakil Presiden mengatakan bahwa yang paling berperan dalam proses penanganan kasus di Sulteng itu adalah para prajurit Polri dan TNI.

Marsekal TNI Hadi Tjahjanto Panglima TNI sedikitnya telah mengerahan kurang lebih 2.200 prajuritnya. Sementara itu, Jenderal Polisi Tito Karnavian Kapolri juga mengirimkan dua ribuan personelnya.

Melihat pengerahan dan kemampuan prajurit Polri dan TNI itu, maka kemudian Wapres membandingkannya dengan pegawai negeri sipil di Sulteng yang baru beberapa hari kemudian baru mulai bekerja lagi.

Musibah jatuhnya pesawat swasta itu seharusnya dijadikan pelajaran yang amat berharga terutama bagi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, (ormas) serta partai-partai politik untuk menciptakan suasana agar segera lahir pahlawan-pahlawan yang baru.

Negara Kesatuan Republik Indonesia pasti membutuhkan pahlawan di bidang pembangunan ekonomi, sosial politik, kesejahteraan sosial serta ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bangsa Indonesia bisa benar-benar sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.

Musibah jatuhnya pesawat udara di Karawang, harus dijadikan momen yang paling tepat untuk menciptakan atau melahirkan begitu banyak pahlawan di berbagai bidang kehidupan di NKRI tercinta ini.

Pertanyaan yang paling ialah sudah siapkah bangsa ini melahirkan pahlawan-pahlawan baru yang modelnya berbeda dengan di Surabaya pada 10 November 1945.(ant/tin)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
30o
Kurs