Kamis, 16 Mei 2024

Pijar Merah Erupsi Merapi dari Dorongan Gas

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Petugas memantau aktivitas kondisi Gunung Merapi pasca kenaikan status dari normal menjadi waspada dengan radio komunikasi di kawasan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (22/5/2018). Foto: Antara

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut pijar merah yang terlihat saat terjadi letusan pada pukul 02.56 WIB bersumber dari dorongan gas yang berasal dari magma.

“Pijar tersebut menunjukkan adanya material dari dalam gunung. Kondisi itu terjadi karena adanya dorongan gas dari magma,” kata Hanik Humaida Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) di Yogyakarta, Kamis (24/5/2018).

Tanda tersebut menunjukkan jika fase erupsi freatik Gunung Merapi sudah berakhir, namun Hanik menyebut jika Merapi masih dalam tahap awal menuju proses erupsi magmatis.

Berdasarkan data pengamatan, sudah terjadi deflasi atau pengempisan di Gunung Merapi yang dapat dimaknai sebagai proses “pengosongan” di dalam tubuh gunung. Pengosongan ini memungkinkan magma bisa bergerak secara mudah ke permukaan.

‘Setelah terjadi pengempisan dan kosong, maka akan terisi,” katanya seperti dilansir Antara.

Seperti diketahui, lanjut Hanik, Merapi dikenal sebagai gunung api dengan suhu yang tinggi dan memiliki lava yang encer sehingga pada saat keluar masih disertai dengan gas yang sangat panas.

Meskipun demikian, BPPTKG menyebutkan, proses erupsi magmatis tidak harus selalu dimaknai sama seperti erupsi besar yang terjadi pada 2010.

Erupsi yang terjadi pada 2006 juga masuk dalam kategori sebagai erupsi magmatis, begitu pula dengan erupsi yang terjadi sebelumnya atau pada 2002. “Erupsi magmatis juga terjadi di Gunung Kelud pada 2007 dengan munculnya kubah lava,” katanya.

Oleh karena itu, Hanik berharap agar masyarakat tetap tenang dan selalu mencari informasi dari sumber yang bisa dipercaya.

Gunung Merapi yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah kembali mengalami letusan pada Kamis (24/5/2018) pukul 02.56 WIB dengan durasi empat menit dengan tinggi kolom letusan mencapai 6.000 meter.

“Letusan kali ini memiliki amplitudo letusan yang hampir sama seperti letusan freatik yang terjadi pada 11 Mei meskipun durasinya lebih pendek,” katanya.

Akibat dari letusan terakhir itu, sejumlah wilayah mengalami hujan pasir dan abu di antaranya Desa Tegalrandu, Sumber, Dukun, Ngadirojo, Banyubiru, Muntilan, Mungkid, Menayu, Kalibening dan Salaman.

“Material dengan butiran yang lebih besar akan jatuh di daerah dengan radius lebih pendek, sedangkan butiran yang lebih halus bisa terbawa lebih jauh,” katanya.

Ia mengatakan, akan memetakan sebaran material vulkanik untuk kepentingan pemodelan.

Hingga pukul 08.00 WIB, status Gunung Merapi tetap dinyatakan waspada dan masyarakat diminta tidak melalukan aktivitas apapun dalam radius tiga kilometer dari puncak.

“Masyarakat juga diminta mengenakan masker untuk mengurangi dampak abu. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi diharapkan untuk selalu siap dan mengantisipasi dampak bahaya abu vulkanik,” katanya. (ant/dwi/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 16 Mei 2024
29o
Kurs