Selasa, 30 April 2024

BMKG Pantau Aktivitas Gunung Api di Sekitar Malut Selama Sepekan

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Gempa 7.0 SR yang berada di laut 136 km Barat Daya Ternate, Minggu (7/7/2019) malam. Foto: Twitter @infoBMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan memantau aktivitas gunung api bawah laut yang ada di sekitar lokasi gempa bumi di wilayah Ternate, Maluku Utara dalam satu pekan selama 24 jam.

“Lokasi di sekitar gempa bumi di Maluku Utara banyak gunung api, dan yang dikhawatirkan adalah gunung api bawah laut sehingga BMKG akan memantau selama 24 jam dalam tujuh hari ke depan,” kata Muhamad Sadly Deputi Bidang Geofisika BMKG dalam konferensi pers di Jakarta, Senin dini hari.

Dia menjelaskan gunung api bawah laut terdapat di wilayah utara Manado dan sekitar Ternate sehingga harus terus dipantau dalam satu pekan ke depan.

Menurut dia, BMKG juga memantau kondisi terkini di wilayah Maluku Utara khususnya terkait gempa susulan yang sudah terjadi sebanyak 19 kali hingga Senin pukul 00.54 WIB.

“Kami pantau gempa susulan sudah 19 kali dan relatif menurun. Kami harap terus menurun dan bisa menjadi stabil,” ujarnya, seperti dilansir Antara.

Dia mengatakan BMKG akan berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam memantau antivitas gunung api bawah laut di wilayah sekitar Malut.

Sebelumnya BMKG mengumumkan gempa bumi di Maluku Utara tersebut berkekuatan M=7,1 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=7,0.

Episenter gempabumi terletak pada koordinat 0,53 LU dan 126,18 BT, atau tepatnya berlokasi di dasar laut pada kedalaman 49 km pada jarak 133 km arah barat Kota Ternate, Propinsi Maluku Utara.

BMKG menilai gempa bumi yang terjadi di Ternate, Maluku Utara pada Minggu (7/7/2019) malam merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada lempeng Laut Maluku.

Menurut BMKG dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat deformasi kerak bumi pada lempeng Laut Maluku.

Gempa tersebut memiliki mekanisme sesar naik atau thrust fault akibat adanya tekanan atau kompresi lempeng mikro Halmahera ke arah barat, dan tekanan lempeng mikro Sangihe ke arah timur.

Akibatnya menurut dia, lempeng laut maluku terjepit hingga membentuk double subduction ke bawah Halmahera dan ke bawah Sangihe. (ant/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
32o
Kurs