Selasa, 7 Mei 2024

Pemprov Jatim Fokus Menyuplai Air Bersih untuk Tangani Kekeringan dan Hepatitis A

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi kekeringan. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus menyuplai air bersih ke daerah-daerah yang mengalami kekurangan air bersih selama kemarau panjang 2019. Ini juga dilakukan untuk mencegah meluasnya penyakit Hepatitis A seperti yang terjadi di Pacitan.

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur menegaskan, sejak awal dia telah berkomunikasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mengenai penyebaran Hepatitis A yang juga dipengaruhi kondisi kekeringan di beberapa daerah di Pacitan.

“Sebetulanya problemnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), terutama berkaitan air bersih, saya komunikasiikan dengan Kadis Kesehatan untuk kecukupan air bersihnya,” ujarnya di Surabaya, Selasa (2/7/2019).

Hepatitis A yang diduga disebabkan penggunaan air yang tidak bersih dan terinfeksi virus Hepatitis A sebagai bahan utama minuman cincau yang dikonsumsi masyarakat itu, kata Khofifah, sudah mulai berkurang penyebarannya.

“Yang tadinya sempat meluas ke delapan kecamatan (di Pacitan), kini sudah mulai berkurang lagi. Layanan dimaksimalkan di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat),” ujarrnya.

Untuk mencegah agar penyebarannya tidak meluas, Gubernur telah memerintahkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Jatim menggelar rapat kemarau panjang dipimpin Sekretaris Daerah.

“Selama 60 hari kemungkinan tidak ada hujan di Jatim, kami rapat lebih luas lagi dengan TNI dalam hal suplai air bersih. Kami juga mengundang pelaku bisnis di Jatim turut membantu suplai air bersih,” ujarnya.

Dia berharap, pelaku bisnis di Jawa Timur berkontribusi dalam hal suplai air bersih di wilayah terdekat dengan pusat bisnis mereka. Terutama untuk sejumlah wilayah seperti Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Gresik dan lainnya yang memang terdapat pusat industri.

Kohar Hari Santoso Kepala Dinkes Jatim beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan BPBD untuk penyediaan dan pengiriman tanki berisi air bersih ke lokasi-lokasi yang diprediksi mengalami kekeringan.

Dia mengimbau warga di daerah-daerah yang kekurangan air untuk waspada terhadap beberapa penyakit yang mungkin muncul dalam kondisi kurang air. Beberapa di antaranya seperti diare, gatal-gatal, Hepatitis A, leptospirosis, juga Ispa.

“Penghematan air bisa berdampak diare. Kekeringan bisa berdampak Ispa. Kami berharap masyarakat terus menerapkan PHBS, menjaga pola makan memasak air minum dengan baik, tunggu mendidih lima sampai 10 menit,” ujarnya.

Kohar mengutip teori H.L Blum, pakar kesehatan masyarakat, bahwa derajat kesehatan masyarakat ditentukan faktor lingkungan (40 persen), faktor perilaku (30 persen), faktor pelayanan kesehatan (20 persen), dan genetika (10 persen).

“Tugas kami memastikan yang 20 persen pelayanan itu. Tugas bersama kami dan masyarakat 40 persen lingkungan dan masyarakat harus mengubah perilakunya, karena 30 persen derajat kesehatan ditentukan oleh perilaku,” katanya.(den/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Selasa, 7 Mei 2024
33o
Kurs