Jumat, 26 April 2024

Presiden Ajak Pelaku Industri Pertambangan Mulai Melakukan Hilirisasi

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Joko Widodo Presiden berbicara mengenai tantangan dunia pertambangan dalam acara Indonesian Mining Association Award, di Ballroom Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (20/11/2019). Foto: Biro Pers Setpres

Joko Widodo Presiden mengajak para pelaku industri pertambangan untuk melakukan hilirisasi produknya. Ajakan itu disampaikan Presiden dalam acara Indonesian Mining Association Award, di Ballroom Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (20/11/2019) malam.

Menurut Jokowi, berdasarkan perbincangannya dengan sejumlah pimpinan organisasi internasional, sekarang berbagai negara di dunia sudah menggunakan energi yang ramah lingkungan.

“Dunia sudah menuju kepada energi yang ramah lingkungan. Semuanya harus mulai siap-siap dan hati-hati,” katanya.

Selain itu, Presiden berharap hilirisasi industri tambang akan membantu pemerintah mengatasi defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan yang sudah berlangsung lama.

Walau pun, ekspor industri pertambangan memberikan kontribusi yang besar kepada neraca perdagangan Indonesia.

“Saya mengajak untuk memulai, memroses barang-barang tambang menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sehingga negara kita memiliki nilai tambah dan memiliki multiplier effect yang besar ke mana-mana, termasuk penciptaan lapangan kerja yang itu dibutuhkan oleh masyarakat,” jelasnya.

Lebih lanjut, Presiden memprediksi, kalau semua pelaku industri tambang menuju hilirisasi dengan mengekspor barang setengah jadi mau pun bahan jadi, masalah defisit bisa terselesaikan dalam tiga tahun.

“Itu hanya satu, kita baru berbicara satu komoditas yang namanya nikel. Belum berbicara masalah timah, batu bara, copper. Banyak sekali yang bisa kita lakukan karena dari situ lah akan muncul nilai tambah,” lanjutnya.

Sampai tahun 2017, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, telah mengamanatkan soal hilirisasi industri. Meski pun kini ada relaksasi menjadi tahun 2022, Presiden kembali mengajak pelaku industri tambang untuk bersiap diri.

“Kalau memang perlu bergabung, bergabunglah. Kalau ada masalah yang berkaitan dengan pendanaan untuk menyelesaikan ya marilah kita bicara,” tegasnya.

Bukan cuma nikel, Jokowi bilang, produk tambang lain juga berpotensi menghasilkan produk turunan yang bernilai tambah kalau dilakukan hilirisasi.

Mantan Wali Kota Solo itu menyebut, tembaga yang turunannya bisa sampai 15 kali lipat nilainya atau asam sulfat sebagai turunan nikel yang dapat dipakai sebagai campuran untuk membuat baterai lithium.

“Sehingga desain strategi besar bisnis negara dalam jangka ke depan yang kita ingin membangun mobil listrik betul-betul bisa kita capai karena kuncinya ada di baterai,” paparnya.

Menurut Presiden, Indonesia punya 70 persen bahan-bahan untuk membuat baterai lithium. Sangat keliru kalau barang-barang tersebut diekspor dalam bentuk mentah.

“Sehingga akhirnya transformasi besar ekonomi di Indonesia ini betul-betul bisa berubah, dimulai dari dunia pertambangan. Ada betul-betul transformasi besar ekonomi,” tandasnya.

Sekadar diketahui, acara itu diselenggarakan oleh Asosiasi Pertambangan Indonesia, asosiasi perusahaan tambang tertua di Indonesia yang terbentuk sejak 1975.

Asosiasi itu beranggotakan perusahaan pemegang Kontrak Karya (KK), pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), dan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah berkontribusi sebesar 60 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) sektor pertambangan.

Dalam acara tersebut, Jokowi menerima penghargaan tertinggi bidang pertambangan yang diserahkan langsung oleh Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia Ido Hutabarat. Penghargaan tersebut diberikan atas kepedulian dan keberpihakan Presiden Jokowi terhadap industri tambang. (rid/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
31o
Kurs