Jumat, 26 April 2024

Sebelas Desa di Blitar Alami Kekeringan, Warga Krisis Air

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Rijanto Bupati Blitar saat kegiatan pengiriman air bersih untuk desa terdampak kekeringan, Senin (7/10/2019). Foto: Antara/HO

Sebanyak 11 desa di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengalami kekeringan karena kemarau panjang, sehingga pemerintah kabupaten melakukan pengiriman air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

“Kami prediksi ada 19 desa. Sekarang 11 desa,” kata Heru Irawan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar di Blitar, seperti dilansir Antara.

Ia mengatakan, mayoritas daerah yang mengalami kekeringan di daerah perbukitan terutama di Kabupaten Blitar bagian selatan, sehingga air sulit didapat.

Ia mengatakan suplai air bersih dilakukan oleh BPBD Kabupaten Blitar, yang memastikan warga mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Pengiriman dilakukan setidaknya 4-6 rit per hari, sesuai dengan permintaan.

“Paling tidak minimal sehari 4-6 rit yang kami kirim. Ketika jaraknya jauh kemampuan truk dua kali sehari, namun yang pendek bisa tiga kali sehari,” ujar dia, seperti dilansir Antara.

Sementara itu, Forkopimda Kabupaten Blitar dengan warga melakukan shalat istisqa, yakni shalat meminta hujan di lapangan Kaligambang, Desa/Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar.

Kegiatan tersebut diikuti semua warga. Mereka dengan khusyuk mengikuti shalat di lapangan terbuka itu berharap hujan segera turun.

“Harapan kami agar kondisi kemarau dapat teratasi. Dan hari ini setelah shalat, juga ada dropping air bersih hasil sumbangan berbagai organisasi sosial kemasyarakatan,” kata Rijanto Bupati Blitar.

Bupati juga menegaskan, pemerintah tetap berkomitmen untuk membantu masyarakat yang kekurangan air bersih. Selain itu, partisipasi masyarakat juga tinggi dengan memberikan bantuan air bersih untuk warga yang kekurangan.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi awal musim hujan di Provinsi Jatim paling cepat akan terjadi awal Oktober.

Bambang Hargiyono Kepala Meteorologi Kelas I Juanda, Surabaya mengatakan, sifat hujan tersebut masih lokal atau hanya turun di daerah tertentu seperti Lumajang, Malang, Banyuwangi, Tuban, dan Lamongan dengan curah hujan rendah, hanya rintik-rintik.

Untuk November hujan di Jawa Timur diprediksi akan merata dan puncak musim hujan dimulai Desember 2019 sampai Februari 2020. Untuk itu, dirinya meminta warga mewaspadai saat puncak musim hujan, dimana diprediksi akan terjadi angin kencang. (ant/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
26o
Kurs