Kamis, 25 April 2024

TransForm FIK Ubaya Ramal Tren Fesyen 2021

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Tiga mahasiswi Fakultas Industri Kreatif Ubaya tampilkan TransForm. Foto: Totok suarasurabaya.net

Hadirkan headdress dan headpiece unik mahasiswa fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya, kreasikan hiasan kepala mempercantik penampilan perempuan. TransForm.

Karya kreatif para mahasiswa ini merupakan hasil karya Ujian Tengah Semester (UTS) dari mahasiswa FIK Ubaya yang memilih bidang program Design Fashion and Product Lifestyle dan mengikuti mata kuliah Accessories Design Project.

Enam kreasi berbeda karya dari Meliana Wiyono, Vionita Sitanaya, dan Rafaella Pasca Hariyanto, yang masing-masing wajib membuat dua produk yaitu headdress & headpiece yang dapat diaplikasikan serta digunakan sebagai hiasan kepala.

Setiap produk yang dibuat oleh mahasiswa memiliki ciri khas serta pesan yang ingin disampaikan kepada penggunanya sesuai dengan tema yang diusung.

Victorie de Fame nama koleksi karya Melina Wiyono, asal Mojokerto yang terinspirasi kekeringan panjang yang terjadi di Ethiopia tahun 1980 an. Dampak yang terjadi akibat kekeringan membuat penduduk menjadi gagal panen hingga menderita kwashiorkor pada anak kecil.

“Warna yang diterapkan pada koleksi dominan dengan warna-warna yang menggambarkan kekeringan seperti cokelat dan hitam. Pada karya ini, juga lebih menonjolkan tekstur berupa ranting serta biji pinus. Tantangan yang dihadapi saat membuat headdress yaitu pada pemasangan ranting-rantingnya. Sedangkan pembuatan headpiece harus sabar melilitkan kawat satu per satu sehingga menjadi bentuk ranting daun,” terang Melina yang juga suka fotografi ini.

Lunette adalah nama koleksi karya Vionita Sitanaya dengan subtema yang diangkat adalah Kanibalisme. Ide pembuatan koleksi berawal dari kesukaan mahasiswi kelahiran Ambon ini dalam menonton film horor.

Dari kegemarannya itu, lahirlah produk dengan nuansa yang gelap serta kaku. Warna hitam dan merah menjadi pilihan alumnus SMAN 1 Ambon ini untuk memperkuat kesan horor dan ciri khas karyanya yang kesannya gelap.

“Kami berimajinasi melalui tema masing-masing. Awalnya bagaimana jika manusia dimuka bumi ini menjadi kanibal dan mereka harus survive atau bertahan hidup hingga akhir hayat mereka. Karya ini tak hanya berbicara pada konteks fisik dengan memangsa manusia satu sama lain. Karya ini juga masuk pada konteks kejiwaan. Manusia dapat memangsa dan mematikan manusia lainnya. Mematikan jiwa melalui mental illness,” papar Vionita.

Sedangkan karya Rafaella Pasca Hariyanto, bercerita bagaimana manusia bertahan hidup di cuaca ekstrem khususnya musim dingin. Musim dingin yang identik dengan salju ditonjolkan dengan menggunakan bulu-bulu lembut berwarna putih di setiap koleksi karyanya.

“Warna musim dingin seperti putih dan biru, sebagai pesan sekaligus bahwa ada beberapa bunga yang dapat terus tumbuh dan bertahan hidup di cuaca dingin yang ekstrem. Jika bunga saja dapat tumbuh, pastinya kita sebagai manusia harus lebih mampu bertahan hidup dalam menghadapi situasi yang tersulit. Selain ada ornamen bunga, kawat-kawat runcing melambangkan bunga-bunga es,” ujar Rafaella.

Sementara itu, disampaikan Viviany, S.Ds., Dosen Mata Kuliah Accessories Design Project menyampaikan bahwa headdress merupakan hiasan kepala yang lebih formal, berukuran lebih besar, dan ornamental sehingga dapat digunakan untuk acara seremonial atau kebutuhan panggung, contohnya millenery.

Untuk headpiece sifatnya lebih informal. Secara ukuran, headpiece biasanya lebih kecil sehingga mudah digunakan untuk sehari-hari seperti Jepit, Bando, dan Tusuk Konde. Dan pada semester ini tema yang dipilih dari fashion trend forecasting tahun 2021 yaitu: TransForm.

TransForm memiliki pesan yang dalam bagi masyarakat. Kami ingin mengangkat isu ekologi karena melihat dunia yang semakin lama makin rapuh. Kami ingin menyampaikan pesan bahwa bumi sudah dekat dengan apocalyptic atau kepunahan. Perubahan atau Transform saat ini jadi ide untuk dikreasikan menjadi headdress serta headpiece sebagai aksesoris penghias kepala atau rambut,” tegas Viviany.

Proses pembuatan produk dari konsep, desain, hingga merealisasikan produk diperlukan waktu kurang lebih tujuh minggu. Selama proses pembuatan berlangsung mahasiswa melakukan konsultasi terlebih dahulu terkait konsep pesan yang ingin diusung dalam produk sampai desain yang dibuat.

“Ini adalah produk pertama karya mahasiswa semester tiga yang mereka buat sendiri mulai dari konsep, desain, hingga produk jadi. Semoga para mahasiswa mampu dan bisa lebih percaya diri menghasilkan karya-karya yang lebih bermutu lagi,” pungkas Viviany, Senin (30/12/2019).(tok/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs