Jumat, 26 April 2024

Pengamat Pesimis pada Wacana Transportasi Air Surabaya

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Wisata air di Sungai Kalimas. Foto: Dok. Suara Surabaya Media

Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk menghidupkan kembali transportasi air dengan memanfaatkan sungai-sungai yang ada di Surabaya. Sayangnya, rencana ini sepertinya tidak akan berjalan mulus karena struktur sungai di Surabaya yang tidak konsisten.

Himawan Santoso Pakar Transportasi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengaku kurang optimis dengan dibangunnya transportasi air di Kota Surabaya. Ini dikarenakan adanya beberapa kendala, salah satunya karena jarak tempuh yang pendek karena permukaan air yang tidak rata.

“Elevansinya berbeda sekali dengan (sungai, red) Kalimas, ada yang permukaan airnya tinggi, kemudian ada pintu air di depan Singgasana terus airnya rendah. Lalu menuju kota, di sekitar Kayoon ada terjunan lagi, apa akibatnya? kia tidak bisa langsung melewati terjunan-terjunan air, jika tetap dilakukan untuk transportasi air, maka jaraknya pendek,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Jumat (25/1/2019).

Untuk itu, Himawan lebih menyarankan jika program transportasi air hanya diperuntukkan untuk wisata.

Kendala kedua yakni tentang habit masyarakat dan tata bangunan pemukiman yang mayoritas “membelakangi sungai”. Hal ini, lanjutnya, akan mempersulit penumpang untuk menuju tempat tujuan harus melewati gedung belakang.

“Kita terbiasa menjadikan sungai itu halaman belakang kita. Misal saya mau nge-mall, agak susah juga karena kebagian halaman belakang mall, kan tidak menarik. Kalau Grand City mungkin bisa, tapi ya butuh penyebrangan nanti,” tambahnya.

Selain itu, juga karena sentral bisnis di Surabaya yang masih banyak berada jauh dari sungai. Ia mencontohkan seperti Pasar Turi Surabaya yang letaknya jauh dari sungai, jadi harus ada “oper” ke angkutan lain menuju sentral bisnis sejenis Pasar Turi.

Ketiga adalah tentang jumlah peminat, apakah demand transportasi air di Surabaya ini tinggi atau bahkan rendah, dan apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan riset yang pernah ia lakukan dengan Dinas Perhubungan Provinsi Jatim, menurut Himawan, jumlah peminat transportasi air masih minim. Sehingga dianggap belum sepadan dengan biaya pembangunan dan pengelolaan.

“Dari Driyorejo menuju Gresik atau Singgasana, sebenarnya demand ada, cuma tidak banyak. Ternyata orang yang menyebrang Kali Brantas bukan untuk perjalanan sejajar dengan sungai, tapi menyebrang dari selatan ke utara atau sebaliknya,” ujarnya.

Meskipun begitu, Himawan mengaku mendukung upaya Pemkot Surabaya untuk membuat tranportasi alternatif, seperti transportasi air ini. Namun ia juga mengingatkan agar rencana ini disertai perbaikan infrastruktur.

“Semoga ide baik teman-teman dapat diantisipasi dengan pembenahan infrastruktur, halte, dan mengatur agar sungai menjadi halaman depan kita,” tutupnya.(tin/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
27o
Kurs