Kamis, 25 April 2024

Garap SSC Agar Tetap Dipergunakan Pasca Piala Dunia, Rebut Juara Nasional

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Patricia Marissa garap pemanfaatan stadion untuk Piala Dunia U20 di Surabaya agar tetap dapat dimanfaatkan masyarakat rebut juara nasional. Foto: Humas UK Petra

Terinspirasi persiapan Kota Surabaya pada Piala Dunia U20, agar stadion SSC tetap dipergunakan masyarakat usai pertandingan, Patricia Marissa garap Tugas Akhir (TA) yang berhasil merebut juara nasional.

Bagi Patricia Marissa, Surabaya akan menjadi satu diantara tuan rumah Piala Dunia U20 pada tahun 2021. Tetapi apakah stadion (Surabaya Sports Center) yang ada sudah memenuhi standar Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), itulah yang menginspirasi mahasiswi dengan IPK 3,87 ini membuat TA bertajuk Stadion Sepakbola di Surabaya.

“Saya mengusulkan konsep stadion berstandar internasional yang memiliki desain stadion yang unik dan fasilitas pendukung untuk menarik wisatawan serta dapat menampung kegiatan olah raga harian atau akhir pekan masyarakat setempat untuk menjaga keberlangsungan penggunaan stadion,” terang Patricia.

Patricia merinci, masalah utamanya banyak kasus stadion yang dulunya sebagai tempat penyelenggaraan acara sepak bola besar terbengkalai setelah acara usai. Padahal sayang sekali, dan masih bisa digunakan untuk perawatan kedepannya.

Ekspresi tampilan stadion ini terinspirasi dari Kota Pahlawan Surabaya, yang berupa senjata tradisional Surabaya (bambu runcing) dan diartikan sebagai tiang-tiang runcing. Patricia juga menambahkan beragam fasilitas. Mulai dari retail and merchandise store, foodcourt, museum olahraga, hall of fans, bike tour, photo point, sport library, ruang permainan interaktif, hall yang dilengkapi dengan tempat duduk dan panel fun-fact, arena bermain, olahraga taman, dan pusat kebugaran.

“Sehingga masyarakat dapat secara aktif berpartisipasi dalam penggunaan stadion setiap hari dan mereka dapat meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya berolahraga,” pungkas Patricia.

Sementara itu Richard Cahya Nugraha,yang membuat karya bertajuk: Contextual Sustainable Monastery and Retreat House, sebuah rancangan fasilitas biara dan rumah retreat di Kabupaten Ngada, NTT. Fasilitas ini ditujukan untuk biarawan Ordo Fransiskan yang sedang menjalankan misi pelayanan pastoral di Gereja Paroki Maria Ratu Para Malaikat Kurubhoko.

Karya heritage ini mempertimbangkan berbagai aspek mulai dari ekonomi, sosial, budaya, pariwisata, rohani, keberlanjutan alam dan masyarakat secara komprehensif. “Karena melalui desain ini saya mengharapkan dapat menjadi support baru untuk kemajuan masyarakat setempat, Kabupaten, hingga Provinsi,” terang Richard yang lulus dengan nilai IPK 3,74.

Richard berharap karyanya ini menjadi ruang arsitektural yang keberlanjutan mewadahi kegiatan pembangunan konsep berpikir dengan jalan membawa pengguna ruang pada sebuah pengalaman yang sama dalam esensi spiritualitas Fransiskan, yaitu kehidupan manusia yang berkelanjutan dalam kehadirannya berdampingan dan bersinergi dengan alam.

Chatpong Chuenrudeemol (CHAT Architect) dari Thailand, anggota dewan juri Kompetisi Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur Indonesia ke 17, setelah menyaksikan karya kedua mahasiswa Arsitek Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya ini sangat tertarik dan menganugerahi juara I pada Kompetisi Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur Indonesia ke 17, dan mendaulat keduanya menjadi juara nasional.

Mengangkat tema Arsitektur Tanpa Studio, kompetisi ini terdiri dari tiga tahapan. Yaitu seleksi administrasi, penjurian internal dan penjurian eksternal. Tahap final, juri eksternal mendatangkan Chatpong Chuenrudeemol (CHAT Architect) dari Thailand, Setiadi Sopandi, ST., M. Arch (Universitas Pelita Harapan), dan Adjie Negara, ST., MaUD.

Patricia Marissa meraih juara I untuk kategori Technical Studies sedangkan Richard Cahya Nugraha meraih juara I untuk kategori Cultural and Artistic. Kompetisi yang berlangsung secara online di ITS tersebut diikuti oleh 80 peserta yang lolos seleksi administrasi dari 22 universitas di seluruh Indonesia.

Untuk dapat mengikuti kompetisi ini, mahasiswa yang menjadi peserta harus dan wajib memiliki nilai pada Tugas Akhir (TA) minimal AB atau diatas B serta harus mendapat surat rekomendasi dari prodi.(tok/lim)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Kamis, 25 April 2024
26o
Kurs