
Donald Trump Presiden Amerika Serikat(AS) mengumumkan bahwa ia telah menandatangani surat kepada 12 negara yang berisi rincian tarif baru untuk barang ekspor mereka ke AS.
Surat ini, yang disebut sebagai tawaran “take it or leave it” itu, akan dikirim pada Senin (7/7/2025).
Dalam pernyataannya kepada wartawan di pesawat Air Force One saat menuju New Jersey, Trump tidak menyebutkan nama negara yang menjadi sasaran.
Ia hanya menyatakan bahwa daftar negaraiqua akan diumumkan pada Senin.
Sebelumnya, pada Kamis (3/7/2025), Trump menyebutkan bahwa gelombang pertama surat akan dikirim pada hari Jumat, yang merupakan hari libur nasional di AS, namun jadwal tersebut diundur.
Dilansir dari Reuters, perang dagang global yang dipicu kebijakan Trump telah mengguncang pasar keuangan dan mendorong para pembuat kebijakan di berbagai negara untuk melindungi ekonomi mereka.
Pada April lalu, Trump mengumumkan tarif dasar sebesar 10 persen untuk sebagian besar negara, dengan tarif tambahan hingga 50 persen untuk beberapa negara. Namun, kecuali tarif dasar 10 persen, penerapan tarif lainnya ditunda selama 90 hari untuk membuka ruang negosiasi.
Masa penundaan tersebut akan berakhir pada 9 Juli. Trump, pada Jumat pagi, mengindikasikan bahwa tarif bisa meningkat hingga 70 persen, dengan sebagian besar akan berlaku mulai 1 Agustus.
“Saya telah menandatangani beberapa surat, mungkin 12 surat, dengan jumlah tarif yang berbeda-beda,” ujar Trump.
Awalnya, Trump dan timnya berencana mengadakan negosiasi dengan sejumlah negara terkait besaran tarif. Namun, proses tersebut mengecewakan karena sering mengalami kemunduran, terutama dengan mitra dagang utama seperti Jepang dan Uni Eropa.
Trump mengisyaratkan pendekatan baru dengan mengatakan, “Mengirim surat lebih mudah dibandingkan negosiasi.”
Hingga kini, hanya dua perjanjian perdagangan yang berhasil dicapai. Inggris menyepakati tarif tetap 10 persen dengan perlakuan khusus untuk sektor otomotif dan mesin pesawat terbang.
Sementara itu, Vietnam berhasil menurunkan tarif dari ancaman 46 persen menjadi 20 persen untuk banyak barang, sekaligus membebaskan bea masuk untuk sejumlah produk AS.
Namun, harapan untuk kesepakatan dengan India belum membuahkan hasil. Diplomat Uni Eropa juga menyatakan bahwa negosiasi perdagangan dengan pemerintahan Trump belum menemui titik terang, sehingga mereka kini berupaya mempertahankan status quo untuk menghindari kenaikan tarif. (saf/faz)