Minggu, 28 April 2024

Menghadapi Perubahan di New Normal dengan Resiliensi

Laporan oleh Agung Hari Baskoro
Bagikan
Ilustrasi.

Pembatasan Sosial Beskala Besar (PSBB) di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik diputuskan tidak diperpanjang pada Senin (8/6/2020) kemarin. Heru Tjahjono Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 Jatim mengatakan, akan ada masa transisi selama 14 hari sebelum new normal (kenormalan baru) diterapkan di tiga daerah itu.

Herlina Eka Subandriyo Psikolog dan Direktur Chaakra Consulting mengatakan, berbagai perubahan kebijakan selama masa pandemi Covid-19 berpotensi menimbulkan berbagai perasaan negatif seperti stress dan cemas.

Ia menambahkan, pada saat kondisi seperti ini, dibutuhkan resiliensi untuk menghadapi berbagai perubahan yang ada. Mengutip Walker F.R, ia mengatakan, resiliensi adalah sumber daya psikologis yang dapat memberikan kekuatan pada orang saat mengalami situasi yang sulit atau keterpurukan.

“Resiliensi juga dapat dikatakan sebagai proses adaptasi dalam menghadapi perubahan, trauma, tragedi, ancaman atau sumber-sumber yang menyebabkan stres seperti masalah keluarga, finansial, kesehatan, atau pekerjaan,” katanya.

Ia menambahkan, sifat resiliensi dapat dikembangkan oleh semua orang. Sebab, resiliensi melibatkan perilaku, pola pikir, dan tindakan yang bisa dipelajari dan dikembangkan. Resiliensi juga dapat beradaptasi dan berubah sejalan dengan perubahan waktu dan lingkungan.

Ia menegaskan, orang yang memiliki resiliensi akan mampu menghadapi kenormalan baru tanpa perlu menghindari masalah yang ada. Sebab, mereka mampu menghadapi situasi sulit dan mengubahnya menjadi momen mengembangkan diri.

“Berbeda dengan orang yang tidak resiliensi, yang cenderung lebih lambat beradaptasi di perubahan situasi normal baru. Namun, mengembangkan resiliensi membutuhkan waktu dan niat, tidak seperti saklar lampu yang hanya dengan menekan tombol, dapat mengubah kondisi ruangan menjadi terang dari gelap,” jelasnya.

Untuk mengembangkan sifat resiliensi, setidaknya ada lima komponen utama yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Gunakan pola pikir yang sehat
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menerima bahwa perubahan itu sedang terjadi dan diluar kendali manusia, sehingga yang dapat dilakukan adalah beradaptasi di tengah perubahan tersebut.

Belajar bersikap optimis dan melihat perubahan dari sisi positif. Bersikap optimis tidak berarti menghindari masalah dan hanya berfokus pada dampak kenormalan baru yang positif, namun memahami bahwa situasi sulit akibat perubahan kenormalan baru adalah sesuatu yang sementara dan kita punya alat-alat untuk menghadapi perubahan ini

2. Membangun jaringan pertemanan
Sangat penting untuk memiliki orang yang dipercaya untuk saling berdiskusi atau curhat mengenai masalah yang dialami. Memiliki orang yang dapat saling mendukung di situasi sulit. Selain itu, aktivitas sosial seperti berdonasi, dan membantu sesama dapat mengembangkan harapan, dukungan emosional, dan kebahagiaan atau sense of purpose yang dapat membantu bertahan di situasi sulit di normal baru ini

3. Jaga kesehatan fisik dan mental
Jaga kesehatan badan dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi, berolahraga dan istirahat secukupnya. Selain itu, kesehatan mental dapat dilakukan dengan cara melatih kesadaran diri yang penuh dengan cara menulis jurnal atau diari, melakukan yoga, meditasi atau berdoa kepada Tuhan YME. Juga menghindari solusi penyelesaian negatif seperti minum alkohol, mengonsumsi narkoba, melukai diri sendiri, dan sebagainya

4. Cari tujuan yang bermakna
Dengan adanya tujuan yang bermakna, maka akan lebih mudah dalam menghadapi perubahan kenormalan baru. Memiliki tujuan pun dapat mengurangi perasaaan kewalahan di situasi kenormalan baru. Caranya dapat dengan terlibat dalam komunitas, saling berdonasi, membantu orang lain, melakukan aktivitas yang bermakna, mengembangkan potensi diri dan sebagainya

5. Meminta bantuan
Terdengar sepele, namun tidak semua orang berani meminta bantuan ketika berada dalam situasi sulit karena berbagai alasan. Namun meminta bantuan kepada orang lain, tidak berarti kita lemah atau tidak bisa melakukan apapun. Justru dengan meminta bantuan orang lain, kita dapat mengembangkan diri ke arah positif dan segera menyelesaikan permasalahan yang dialami. (bas/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Minggu, 28 April 2024
28o
Kurs