Jumat, 19 April 2024

Tanpa Pendampingan Orang Tua, Pembelajaran Jarak Jauh Tidak Akan Maksimal

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Belajar di rumah. Foto: Antara

Mulai hari ini, Senin (13/7/2020), siswa sekolah memasuki hari pertama tahun ajaran baru 2020/2021 dengan metode pembelajaran jarak jauh, mengingat pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Dengan begitu, interaksi antara guru dan murid dilakukan secara daring menggunakan teknologi video tatap muka atau kanal online lainnya.

Prof Ahmad Muzakki Ketua Dewan Pendidikan Jatim mengatakan, agar metode pembelajaran jarak jauh ini maksimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua untuk ikut mendampingi anak belajar dari rumah. Orang tua harus ikut mendampingi dan mengarahkan anak-anak mereka di rumah selama proses pembelajaran berlangsung. Karena pada dasarnya, ia menegaskan tugas mendidik anak sebenarnya adalah tugas orang tua, bukan guru.

“Mendidik anak adalah tugas orang tua, keberadaan guru di sekolah tidak menggantikan tugas orang tua, tapi hanya mewakili sebagian tugas mengantarkan anak ke dunia yang lebih baik di luar sana,” kata Ahmad Muzakki kepada Radio Suara Surabaya, Senin (13/7/2020).

Ia melanjutkan, di era pandemi seperti sekarang yang mana pembelajaran jarak jauh kemungkinan berlangsung hingga akhir tahun, dibutuhkan partnership antara guru dan orang tua dalam proses pembelajaran daring. Jika tidak, maka ditakutkan anak-anak akan ‘besar dengan sendirinya’ tanpa ada arahan langsung baik dari guru maupun orang tua mereka.

“Pembelajaran jarak jauh tidak maksimal karena intensitas guru dan sekolah tidak ada, maka porsi orang tua dibutuhkan. Kalau sebelumnya 30%, ya ditingkatkan jadi 50% atau lebih,” tambahnya.

Selain itu, pihak sekolah dan guru juga diminta untuk mengupgrade sistem pendidikan daring dengan memaksimalkan media pembelajaran online untuk menggantikan materi praktek. Dengan menyediakan media bahan pembelajaran beserta video, diharapkan itu dapat menggantikan praktek langsung yang selama masa pandemi ini belum bisa dilakukan.

“Anak-anak kita kan melek IT, kemampuan praktikum bisa mengandalkan kiranti IT. Jadi sekolah semakin banyak menyediakan media-media bahan belajar khususnya untuk vokasi sebagai pengantar mereka,” lanjut Ahmad.

Sedangkan bagi beberapa daerah dengan konektifitas internet rendah, ia mendorong kepala daerah bersama dinas pendidikan setempat untuk memanfaatkan media-media konvensional yang mudah diakses seperti televisi dan radio.

“Kan ada beberapa jenis lain yang tidak semua bisa daring. Maka dari itu, pemerintah bisa memaksimalkan peran-peran ruang publik yang selama ini belum maksimal dimainkan, contoh kanal televisi, frekuensi radio. Di daerah-daerah yang tidak memiliki koneksi kuat tapi masih mendengarkan siaran radio,” jelasnya.(tin/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
29o
Kurs