Jumat, 26 April 2024

Ahli Imunologi: Beda Merek Vaksin Dosis Pertama dan Kedua Sebetulnya Tidak Apa-Apa

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi vaksinasi. Foto: dok. suarasurabaya.net

Sejak awal munculnya program vaksinasi nasional, baik pemerintah maupun tenaga kesehatan, selalu menekankan bahwa pemberian vaksin dosis pertama dan kedua harus lah dengan merek vaksin yang sama. Sinovac, ya, Sinovac. AstraZeneca, ya, AstraZeneca.

Tapi belakangan ini, berdasarkan sejumlah penelitian dan kejadian vaksinasi yang sudah ada di luar negeri, fakta imunisasi Covid-19 dengan merek yang sama itu bisa jadi akan menjadi mitos belaka di kemudian hari.

Dokter Ari Baskoro Sp.PD, Staf Dosen Senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/Kelompok Staf Medik (KSM) Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang menyatakan itu.

“Kalau penelitian-penelitian semua jenis vaksin, ngapunten, saya bilangnya, mereka meneliti itu secara egois. Misalnya Sinovac, hasil penelitiannya jelas menyebutkan ‘lek Sinovac, yo, Sinovac, lho. Ojo diganti‘ (kalau Sinovac, ya, Sinovac, lho. Jangan diganti, red). AstraZeneca juga begitu, mereka meneliti sesuai konsep yang ada,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Senin (2/8/2021).

Namun, kata Ari, persoalannya, kan, begini. Produksi vaksin di dunia saat ini, kata dia, tidak sanggup untuk menyediakan vaksin bagi seluruh penduduk. Produksi vaksin secara global, mengutip sejumlah pemaparan dan data yang pernah dia dapatkan, hanya sanggup untuk memenuhi vaksinasi terhadap separuh atau 50 persen penduduk di dunia. Artinya, setiap negara di dunia pasti berebut vaksin. Negara kaya seperti Inggris, Amerika Serikat, atau Israel, tentu saja sudah memborong dan mengamankan vaksin itu lebih dulu.

“Nah, negara-negara yang istilahnya sedang berkembang seperti Indonesia, nanti akan mendapatkan vaksin dari Covax Facility (gabungan negara kaya yang dimotori WHO). Seperti sekarang, vaksin booster untuk tenaga kesehatan, Moderna, yang sudah datang lebih dari 3 juta itu,” ujarnya.

Lantas bagaimana nasib warga Indonesia dengan jumlah vaksin yang meskipun sudah cukup banyak untuk disuntikkan kepada sebagian masyarakat, tapi mereknya berbeda-beda? Ada Sinovac, AstraZeneca, Moderna, dan yang akan datang ada Pfizer atau Sinopharm. Apakah tidak ada dampak buruk pemberian vaksin dosis pertama dan kedua dengan merek berbeda? Ari memastikan, sebetulnya tidak apa-apa.

“Jadi kalau saya ditanya itu, data penelitian memang belum ada. Cuma, sekarang ini di Inggris. Ini terutama di Inggris, ya. Negara itu sekarang pakai vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna. Terus mereka sudah memberikan dua dosis vaksin. Sekarang ini mau vaksin yang ketiga. Ternyata mereka banyak meneliti tentang (pemberian vaksin) beda merek. Ternyata tidak ada masalah, kok, sebetulnya,” ujarnya.

Justru, kata Ari, berdasarkan hasil sejumlah penelitian yang dilakukan di Inggris, vaksinasi dengan merek berbeda, dalam hal ini antara dosis pertama dan kedua, dengan dosis yang ketiga, bisa menghasilkan respons antibodi yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian merek yang sama untuk kedua dosis vaksin sebelumnya. Misalnya, pada dosis dan kedua memakai AstraZeneca, pada dosis ketiga pakai Pfizer, atau sebaliknya. Antibodi yang dihasilkan justru lebih baik.

“Itu dari penelitian yang ada, lho, ya. Saya hanya menyitir penelitian yang sudah jadi. InsyaAllah enggak apa-apa. Tinggal pertanyaannya begini. Di Indonesia, kan, AstraZeneca dengan Sinovac. Bagaimana kalau saling menggantikan? Nah, ini (juga) sudah ada yang meneliti. Ada beberapa negara, tapi yang paling saya ingat adalah negara-negara di Uni Emirat Arab, itu (hasilnya) enggak apa-apa, lho,” ujarnya.

Karena itulah, kata Ari yang merupakan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan tergabung sebagai anggota Perhimpunan Alergi-Imunologi Indonesia (Peralmuni), organisasi profesi tempat dia bernaung itu juga sudah merekomendasikan kepada pemerintah soal pemberian vaksin booster terhadap tenaga kesehatan dengan vaksin berbeda. Belakangan sudah diberikan vaksin dosis ketiga kepada nakes memakai vaksin Moderna pemberian dari Amerika Serikat.

“Kalau untuk vaksin pertama dan kedua dengan merek berbeda, kami memang belum memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Cuma, kami tetap mengacu pada penelitian yang sudah ada: InsyaAllah enggak ada problem,” katanya.(den/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 26 April 2024
31o
Kurs