Jumat, 29 Maret 2024

Bahaya! Kualitas Air di Jawa Timur Mengalami Penurunan

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Ilustrasi. Hari Air Sedunia. Grafis: suarasurabaya.net

Air sebagai bagian penting dalam kehidupan masyarakat, termasuk di Jawa Timur ternyata mengalami penurunan kualitasnya. Catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur, indeks kualitas air di Jawa Timur sejak tahun 2016 mengalami penurunan sekaligus mengkhawatirkan, dan berada pada status sangat kurang.

Rere Christanto Direktur Walhi Jawa Timur menyampaikan berdasarkan pada laporan indeks pengelolaan lingkungan hidup provinsi Jawa Timur memang mengalami penurunan indeks kualitas air.

“Laporan Indeks Kualitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, Indeks kualitas air di Jawa Timur yang pada tahun 2015 tercatat pada angka 52,51, kemudian mengalami penurunan kualitasnya menjadi 50,75 pada tahun 2016. Penurunan itu mengakibatkan indeks kualitas air di Jawa Timur berada pada status sangat kurang,” terang Rere Christanto, Senin (22/3/2021).

Sebagai tambahan data atas indeks kualitas air yang menurun tersebut, Rere sapaan Rere Christanto menyebut bahwa indeks kualitas air di wilayah sungai strategis nasional seperti di wilayah sungai Brantas serta sungai Bengawan Solo saat ini dalam kondisi waspada.

“Pada dua sungai strategis nasional yang ada di sungai Brantas dan Bengawan Solo, berdasarkan penurunan indeks kualitas air yang terjadi, saat ini kondisi kedua sungai strategis nasional ini berada dalam kondisi waspada,” tambah Rere.

Problem pengelolaan sumber daya air, lanjut Rere memang tidak bisa dipisah-pisahkan. Kerusakan kawasan sempadan sungai akibat penambangan pasir misalnya, tentu saja dapat mempengaruhi kelestarian wilayah sungai secara keseluruhan.

Kerusakan wilayah tangkapan air, kata Rere seperti yang terjadi pada hutan atau pada wilayah-wilayah lindung lainnya yang disebabkan besarnya alih fungsi kawasan, mulai dari pembangunan pemukiman, atau investasi sektor pariwisata, seperti pembangunan wahana wisata, pembangunan hotel, pembangunan villa, ditengarai juga menjadi penyebab utama kerusakan sumber daya air yang berada di wilayah hulu.

Saat ini, Walhi mencatat lebih dari 800.000 ribu hektar kawasan hutan di Jawa Timur telah mengalami kerusakan. Dari catatan itu, sekitar 250.638 hektar kerusakan berada di daerah aliran sungai (DAS) Brantas, kemudian sekitar 286.102,12 hektar di DAS Sampean, dan sekitar 270.296,79 hektar kerusakan berada di DAS Bengawan Solo.

Oleh karena itu, sambung Rere persoalan penurunan indeks kualitas air di Jawa Timur dan perbaikan atau pemulihan penurunan indeks itu tidak boleh dianggap persoalan yang berdiri sendiri dan tidak saling terkait atau berhubungan antara satu persoalan dengan persoalan lainnya. Dibutuhkan juga keterlibatan banyak pihak terkait.

“Langkah-langkah pembenahan atau pemulihan terhadap problematika penurunan indeks kualitas air di Jawa Timur ini tidak boleh dianggap persoalan yang berdiri sendiri. Perlu keterlibatan banyak pihak, atau banyak sektor yang terlibat. Seperti misalnya kawasan hutan tentu saja perlu dilibatkan. Demikian juga kawasan pesisir juga harus mendapatkan perhatian serius pemerintah provinsi Jawa Timur. Ini penting,” tegas Rere.

Apa yang urgen harus dilakukan agar pemulihan atas problematika penurunan indeks kualitas air dan sumber daya air itu teratasi? Paling tidak, jangan sampai meluas. “Perlu kajian lingkungan hidup strategis untuk menilai kawasan-kawasan penting secara ekologis untuk dilindungi. Basisnya daya tampung dan daya dukung lingkungan. Jika satu wilayah sudah pada tahap kritis secara ekologis ya jangan lagi diberikan hak eksploitasi (pembangunan, investasi apapun bentuknya) di wilayah tersebut,” tambah Rere.

Masyarakat pun, ujar Rere punya peluang atau kesempatan untuk ikut serta terlibat memantau dan mengawasi model-model pembangunan di lingkungan sekitar tempat tinggalnya sebagai satu diantara keterlibatan pengawasan terhadap sumber daya air yang ada di wilayahnya.

“Inisiatif apapun untuk menjaga kawasannya dari ancaman perusakan, bisa melalui tindakan langsung untuk memperbaiki wilayahnya yang mengalami kerusakan, atau mencegah kerusakan yang akan datang,” pungkas Rere.(tok/iss/bid)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
32o
Kurs