Senin, 29 April 2024

Gabung Yarsis, RSI Nyai Ageng Pinatih Gresik Lengkapi Sarana Kesehatan Sekaligus Pembelajaran

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Seremonial pemotongan pita peresmian rumah sakit oleh M.Nuh Ketua YARSIS. Foto: Humas Unusa

Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) yang menaungi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) kini punya satu rumah sakit lagi di Gresik. Namanya RSI Nyai Ageng Pinatih (RSI NAP).

Yarsis sudah mempunyai dua rumah sakit. Yaitu RSI Ahmad Yani dan RSI Jemursari. Keduanya ada di Surabaya. Keberadaan RSI NAP diharapkan menambah kesempatan lebih luas lagi bagi mahasiswa Unusa dalam memilih tempat praktik.

Sebelumnya, nama RSI NAP adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Nyai Ageng Pinatih Gresik. Yarsis mengubahnya menjadi RSI Nyai Ageng Pinatih dan meningkatkannya menjadi rumah sakit umum tipe C.

Perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan kesehatan kepada masyarakat sekaligus tempat pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran dan kesehatan, khususnya bagi mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

“Kami akan memperluas cakupan layanan dan kualitas kesehatan dan karenanya kami tingkatkan dari RSIA menjadi rumah sakit umum tipe C, dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 107. Layanannya kami perluas dan kualitas kami tingkatkan,” kata Prof Dr Ir Mohammad Nuh Ketua Yarsis, Jumat (29/10/2021).

Mohammad Nuh menambabkan, penggabungan RSIA Nyai Ageng Pinatih Gresik ke dalam Yarsis bersama-sama RSI A Yani dan RSI Jemursari dimaksudkan untuk memperkuat sinergi dan berbagi sumberdaya. Harapannya, keberadaan RS ini mampu memberikan layanan maksimal kepada masyarakat Gresik dan sekitar.

Dengan penggabungan ini, Yarsis sekarang mengelola tiga rumah sakit dan satu universitas, yaitu RSI A. Yani Surabaya, RSI Jemursari Surabaya, RSI Nyai Ageng Pinatih Gresik, dan Unusa.

Nuh menjelaskan, dengan berbekal pengalaman dan sumberdaya yang dimiliki, melalui kerja sama PCNU-Muslimat, Yarsis akan terus mengembangkan Rumah Sakit di beberapa daerah. Ini semua dilakukan karena layanan kesehatan masih sangat terbatas dan harus ditingkatkan.

Sebagai gambaran, jumlah bed per seribu penduduk baru 1,18 bed. Di Asia (20 negara) rata-rata 3,3 bed per seribu penduduk. Demikian pula jumlah dokter baru 0,4 dokter per seribu penduduk, sedangkan di Asia 1,2 dokter per seribu penduduk.

“Inilah satu di antara alasan mengapa kami berupaya terus mengembangkan rumah sakit di beberapa daerah melalui skema kerja sama dengan PCNU-Muslimat, sekaligus kami dedikasikan dalam rangka 100 tahun Nahdlatul Ulama,” kata Nuh.

Karena keterbatasan lahan sekitar 3.000 m2, maka konsep RSI Nyai Ageng Pinatih mengambil Small in Modernity (kecil namun modern). Kamar operasi misalnya, menggunakan kamar operasi berbasis MOT (Modular Operating Theater) dengan dual pressure. Bisa memilih yang bertekanan negatif atau positif.

Hal itu, kata Nuh, sangat dibutuhkan. Khususnya di tengah Pandemi Covid. “Kami bertekad untuk meningkatkan modernitas itu melalui kualitas infrastruktur, alat kesehatan, sistem informasi dan layanan, serta kualitas para dokter, tenaga kesehatan dan tenaga pendukung lainnya,” papar Nuh.

Di samping melayani layanan kesehatan bagi masyarakat, RSI NAP juga diharapkan menjadi tempat pembelajaran bagi mahasiswa Unusa, khususnya mahasiswa Kedokteran dan Kesehatan.

Di kamar operasi misalnya, peralatan yang ada memungkinkan mahasiswa Unusa mengikuti secara langsung proses operasi yang sedang di lakukan di RSI NAP. Demikian juga mahasiswa di Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) yang lain.

“Intinya, rumah sakit yang kami bangun, tidak hanya untuk layanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai sarana pembelajaran,” ujar Nuh.

Di antara alat-alat canggih yang frekuensi penggunaannya paling tinggi adalah Ultrasonografi (USG) 4 Dimensi. Sama seperti USG 2 dimensi atau 3 dimensi, dengan USG 4 dimensi ini dapat menampilkan kondisi kehamilan, mulai dari keadaan rahim, wujud janin, sampai gangguan yang terjadi.

Dokter Fariska Zata Amani, SpOG mengatakan, teknologi pada USG 4 dimensi lebih canggih daripada yang menggunakan dimensi sebelumnya.

“USG 4 dimensi mampu menyajikan gambar bergerak seperti video, sehingga pasien bisa melihat aktivitas janin secara lebih jelas, misalnya saat tersenyum, menguap atau gerakan lain. Tidak hanya itu, pasien juga bisa melihat bagian tubuh janin secara lebih nyata,” ungkap dokter kandungan RSI NAP yang juga dosen Unusa ini.

USG 4 dimensi, lanjut dr Fariska tidak hanya membantu orang tua yang penasaran melihat buah hatinya, tapi juga membantu dokter kandungan dalam mendeteksi kemungkinan adanya gangguan atau abnormalitas pada janin, serta kondisi organ-organ tubuh janin, sehingga dokter bisa segera melakukan langkah-langkah penanganan.

Sementara itu Nuh menambahkan, dalam memberikan layanan, pihaknya bekerjasama dengan BPJS-Kesehatan, Asuransi kesehatan maupun yang umum. “Kami berharap, kehadiran RSI Nyai Ageng Pinatih bisa menjadi kebanggaan masyarakat Gresik dan sekitarnya, khususnya warga Nahdliyin, sekaligus sebagai ikhtiar untuk merawat dan mengembangkan warisan para sesepuh NU yang telah merintisnya sejak tahun 1970-an,” kata Prof M Nuh.(tok/iss/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
26o
Kurs