Rabu, 24 April 2024

Juara di Bulgaria, Prestasi Internasional Tetap Diukir Mahasiswa ITS di Pandemi Ini

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Alvian Hidayatullah mahasiswa Departemen Matematika ITS, ukir prestasi internasional di Bulgaria secara daring. Foto: Humas ITS

Di tengah pandemi Covid-19, mahasiswa Departemen Matematika ITS, Alvian Alif Hidayatullah berhasil mendapatkan penghargaan perunggu pada ajang International Mathematics Competition (IMC) yang dituanrumahi oleh American University di Bulgaria secara daring.

Alvian menyebut, IMC ke-28 kali ini memiliki sistem penghargaan yang berbeda dari perlombaan-perlombaan biasanya. Pada lomba kali ini, setiap tingkat penghargaan diberikan kepada 20 persen dari jumlah peserta di luar penerima Grand First Prize yang berjumlah 10 orang. “Sehingga di sini, saya dengan skor 14 bersama 120 peserta lainnya bisa mendapatkan Third Prize atau penghargaan perunggu,” terang Alvian, Selasa (10/8/2021).

Mahasiswa asal Sampang, Madura ini berangkat mengikuti IMC mewakili tim Indonesia bersama 10 mahasiswa lainnya yang dinaungi oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Peserta yang berada dalam tim Indonesia merupakan para pemenang dari Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan (KN MIPA) 2020. “Saya sendiri tahun lalu menerima penghargaan perak di KN MIPA,” kata Alvian.

Dari 11 orang tim perwakilan Indonesia tersebut, sembilan orang di antaranya berhasil merebut penghargaan medali. Yakni 1 orang mendapatkan medali emas, 3 orang meraih medali perak, dan 5 orang (termasuk Alvian) berhasil menyabet medali perunggu. Sedang dua orang lainnya berhasil mendapatkan penghargaan honorable mention.

Tiga minggu sebelum rangkaian acara dibuka pada 2 Agustus lalu, Alvian sebagai satu diantara pemenang KN MIPA 2020 mendapat permintaan dari pihak Departemen Matematika ITS untuk mengikuti IMC ini. Dua minggu menuju IMC, diadakan pelatihan nasional oleh Puspresnas Kemendikbud Ristek secara daring bagi tim Indonesia guna mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba ini.

Setelah pembukaan, menurut Alvian keesokan harinya pengerjaan soal dilakukan selama dua hari dengan empat soal dikerjakan dalam waktu empat jam setiap harinya. Pengerjaan soal dilakukan dari rumah masing-masing peserta dengan pengawasan oleh leader tim lewat aplikasi Zoom. “Pengerjaan ini direkam supaya misalnya nanti ada jawaban yang mirip, ada bukti bahwa kami tidak bekerja sama,” tambah Alvian.

Alvian mengakui, tingkat kesulitan pada lomba internasional ini sangat jauh berbeda dengan lomba nasional. Sistem penilaian yang lebih ketat membuat peserta harus memberikan jawaban yang lengkap dan jelas sesuai dengan apa yang diminta pada soal. “Misalnya kita menjawab banyak tapi tidak mengarah pada soal, itu poinnya sedikit saja,” papar Alvian.

Pengerjaan yang harus dilakukan dalam Bahasa Inggris pun diakui menjadi satu diantara hambatan bagi mahasiswa angkatan 2018 ini. Karena penggunaan bahasa asing dalam bidang matematika cukup berbeda dengan bahasa sehari-hari, Alvian merasa masih kurang fasih. “Tapi untungnya dengan adanya pelatihan sebelumnya jadi bisa membiasakan mengerjakan soal dalam Bahasa Inggris tersebut,” ujar Alvian.

Alvian sangat bersyukur dengan dukungan dari rekan-rekan tim Indonesia lainnya. Meskipun perlombaan dinilai secara individu, dukungan moral yang didapat dari momen pelatihan dianggap menambah tingkat percaya diri dalam mengikuti lomba internasional tersebut sampai selesai. Selain itu, tim Indonesia juga mengadakan acara nonton bersama siaran langsung penutupan IMC melalui Zoom untuk mendukung satu sama lain.(tok/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Rabu, 24 April 2024
28o
Kurs