Sabtu, 27 April 2024

Kadinkes Jatim: HIV Bisa Dicegah dan Diobati, Hampir Seperti Diabetes

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Grafis: Gana suarasurabaya.net

Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember, kata dokter Erwin Astha Triyono Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jawa Timur, adalah momen terbaik untuk menyampaikan bahwa pada prinsipnya HIV (human immunodeficiency virus) bisa dicegah dan diobati.

“Definisi sembuh dari HIV adalah bisa dikendalikan. Hampir sama dengan mengobati diabetes. Penderita harus rutin mengonsumsi ARV atau Antiretroviral sedini mungkin untuk menekan jumlah virus sampai tidak terdeteksi,” kata Kadinkes Jatim kepada Radio Suara Surabaya dalam Program Wawasan bertema Hari AIDS Sedunia, Rabu (1/12/2021).

Dokter Erwin menjelaskan, ada dua perilaku yang membuat seseorang berpotensi terinfeksi HIV. “Bagaimana pun gaya hidup seseorang, akan menjadi berisiko jika melakukan hubungan seksual dan bergantian alat suntik,” ujarnya.

Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat, akumulasi jumlah penderita HIV di Jawa Timur sampai Juli 2021, mencapai 71.553 jiwa. Penderita yang mendapatkan ARV atau Antiretroviral sebanyak 20.460 jiwa. Sisanya itu sejak 2004 sampai 2021, ada yang meninggal, lolos follow up, dan pindah tempat tinggal.

Pada tahun 2018 Dinkes Jatim berhasil menemukan penderita HIV sebanyak 8.900, tahun 2019 naik 9.481, tahun 2020 karena pandemi kami hanya berhasil menemukan tujuh ribuan. Tahun 2021 kami hanya mampu menemukan tiga ribuan.

Dari kelompok usia, usia 25-49 tahun menempati kelompok usia tertinggi. Kelompok usia 20-24 tahun dan lebih dari 50 tahun relatif sama. Kelompok usia 0-12 tahun sebesar 3,4 persen.

“Jumlah penderita HIV paling tinggi di Jawa Timur yaitu di Surabaya, karena jumlah penduduk dan lifestyle. Disusul Malang, Jember, dan Sidoarjo,” kata dokter Erwin.

Pemerintah, melalui program STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pertahankan) terus menggencarkan penemuan kasus untuk mencapai target zero pasien baru, zero kematian, dan zero stigma diskriminasi pada tahun 2030.

“Kunci penanganan AIDS adalah penemuan kasus harus baik sehingga penderita bisa mendapatkan konseling agar tidak menularkan ke orang berikutnya. Dan, memberikan ARV atau Antiretroviral sedini mungkin karena bisa menekan jumlah virus, sehingga dalam enam bulan seharusnya sudah tidak terdeteksi. Imunitas akan seperti orang normal cuma harus rutin minum obat dalam jangka panjang,” kata dia.

Adapun kendala penemuan kasus HIV adalah stigma dan diskriminasi yang masih kuat di masyarakat. “Penderita HIV kerap kali memilih menyembunyikan kondisinya karena takut stigma, takut dipecat. Padahal mereka tidak menularkan selama tidak melakukan hubungan seksual dan bergantian alat suntik,” katanya.

Untuk diketahui, HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Sel ini adalah bagian penting dalam perlawanan infeksi. Hilangnya sel CD4 akan melemahkan fungsi sistem imun tubuh manusia secara drastis. Akibatnya, tubuh penderita HIV rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit, dan patogen merugikan lainnya.

Kondisi penderita HIV yang stadium infeksinya sudah sangat parah disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Penyakit kronis lain yang muncul satu di antaranya adalah kanker.(iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
32o
Kurs