Selasa, 23 April 2024

Kresnayana Yahya Tokoh Penting di Balik Keberhasilan Risma

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya dan Kresnayana Yahya Chairperson Enciety Busines Consult dalam acara Perspective Dialogue di Radio Suara Surabaya, Jumat (9/9/2016) siang. Foto: enciety.co

Dr. Ir. Tri Rismaharini, M.T. Menteri Sosial Republik Indonesia yang juga Wali Kota Surabaya periode 2010-2020 menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc., pakar statistik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS).

“Saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Pak Kresna. Saya merasa seperti anaknya, muridnya, rekan kerja, semuanya. Karena saya dekat dengan beliau jauh hari sebelum saya jadi wali kota,” ujarnya saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Jumat (5/3/2021).

Kresnayana Yahya meninggal dunia pada usia 72 tahun, Jumat (5/3/2021) siang pukul 14.49 WIB. Pendiri Enciety Business Consultant itu menjalani perawatan di ruang ICU salah satu rumah sakit di Surabaya sejak Kamis (5/2/2021) lalu.

“Kemarin saya sempat diskusi dengan Bu Kresna tentang bagaimana donor plasma konvalesen. Tadi pagi beliaunya berkenan, tapi Tuhan menentukan yang lain,” kata Risma tentang perjuangan Kresna melawat penyakitnya.

Risma lantas menceritakan betapa pentingnya peran Kresnayana Yahya selama dia menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Kresnayana sangat membantunya dalam menyiapkan konsep-konsep pembangunan.

“Saya banyak belajar dengan Pak Kresna. Setiap apa yang ditampilkan beliau selalu saya coba menerjemahkan di dalam saya melaksanakan tugas di pemerintahan Kota Surabaya,” kata Risma.

Risma ingat hal pertama yang disampaikan Kresna, kemudian dia terjemahkan dalam programnya saat menjabat sebagai Kepala Bapekko lalu Wali Kota Surabaya adalah mahalnya harga pangan.

“Saat itu krisis. Beliau menyampaikan, ‘Ini harga sayur melebihi emas di Surabaya’. Kemudian saya coba menerjemahkan dalam program urban farming. Ternyata urban farming ini sangat membantu masyarakat. Bukan hanya mengurangi pengeluaran ternyata bisa menjadi income bagi warga Surabaya,” ujar Risma.

Kemudian, saat Krena menjelaskan pertumbuhan ekonomi, Risma menyampaikan boleh tidak kalau dia tidak percaya dengan pertumbuhan ekonomi. Karena pada 2012, pertumbuhan ekonomi Surabaya sangat tinggi, tapi dia melihat ekonomi warga Surabaya pada kenyataannya kok tidak bergerak. “Pak Kresna menyampaikan tidak apa-apa. Sudah apa yang bisa dikerjakan. Akhirnya saya mematangkan Pahlawan Ekonomi dan pemberdayaan-pemberdayaan di masyarakat. Ternyata itu mendongkrak perekonomian di Surabaya.”

Setelah itu, banyak sekali program yang dikerjakan Risma berdasarkan pandangan Krenayana Yahya, termasuk pemerataan pendidikan.

“Saat itu ada beberapa kecamatan yang tinggi sekali kualitas sumber daya manusianya, tapi ada kecamatan yang sangat rendah seperti kawasan Surabaya utara. Kemudian Pak Kresna menyampaikan bahwa ‘Itu ndak bagus kalau kondisi seperti itu’,” kata dia.

Risma pun membangun gedung sekolah yang bagus di Surabaya utara dan mencoba mengakomodir warga tentang konsep berpikir tentang pendidikan.

“Setelah saya menjelaskan ke kepala sekolah bagaimana kita bisa menerima murid dengan apa adanya di wilayah Surabaya utara, dan kemudian mengakomodir keinginan orang tua. Orang tua di sana banyak yang ingin anaknya membantu bekerja. Saya sampaikan sudah tidak apa-apa kalau anak-anak ini misalkan kecapekan atau ngantuk, tidak apa-apa. Siswa SMP kita ajari menjahit, bagaimana mendapatkan uang sejak dini. Alhamdulillah setelah itu Indeks Pembangunan Manusia di Surabaya utara menjadi sama. Saat saya meninggalkan Surabaya sudah merata di tiap kecamatan. Tidak ada yang lebih tinggi, lebih rendah,” ucap Risma.

Sambil menahan isak tangis, Risma menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kresnayana Yahya.

“Terima kasih Pak Kresna. Mungkin Pak Kresna tidak nampak saat itu, tapi apa yang saya kerjakan adalah salah satu konsep-konsep Pak Kresna yang kemudian saya coba terjemahkan ke dalam pelaksanaan,” kata Risma.

“Pak Kresna guru yang baik bagi saya, kadang sangat mengkritisi apa yang saya lakukan. Tapi saya tidak pernah kecil hati meskipun kadang-kadang kami berbeda pendapat. Bahkan di akhir-akhir jabatan saya sebagai wali kota malah beliau banyak mendengar dari saya tentang apa-apa konsep saya. Terima kasih sekali lagi Pak Kresna, saya tidak akan pernah melupakan jasa-jasa dan budi baik Pak Kresna untuk kami, untuk saya, dan untuk Kota Surabaya. Bagaimana pun Pak Kresna adalah guru untuk kami semua.”(iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
30o
Kurs