Jumat, 19 April 2024

Pakar ITB: Tangki Pertamina di Cilacap Sudah Dilengkapi Teknologi Penangkal Petir FSM dan EMT

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Satu unit tangki di area Kilang Cilacap mengalami insiden pada Sabtu (13/11/2021) sekitar pukul 19.20 WIB tersebut, berhasil dipadamkan menyeluruh pada Minggu (14/11/2021) sekitar pukul 07.45 WIB. Foto: Pertamina

Profesor Reynaldo Zoro Pakar petir Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kualitas tangki milik Pertamina memenuhi berbagai standar termasuk standar dari National Fire Protection Association (NFPA).

Selain kualitas tangki yang sudah memenuhi syarat, Reynaldo juga menjelaskan jika kilang-kilang Pertamina sudah dilengkapi dengan teknologi penangkal petir, diantaranya teknologi,Free Standing Mast (FSM) dan Extended Mast Terminal (EMT) pada struktur yang berfungsi sebagai sistem penangkal petir.

Bahkan, teknologi proteksi petir seperti FSM dan EMT tersebut, juga terdapat pada kilang Cilacap, namun memang terdapat sebagian tangki yang belum memakai teknologi itu.

Namun demikian, tambahnya, petir di daerah tropis seperti Indonesia memang jauh lebih kuat dibandingkan wilayah sub tropis sehingga meskipun kualitas tangki milik Pertamina dinilai sangat baik, tidak menutup kemungkinan bisa berlubang saat tersambar petir.

“Iya, kualitas tangki sangat bagus, telah memenuhi berbagai standar, termasuk standar National Fire Protection Association (NFPA). Tetapi petir tropis memang sangat kuat. Apabila menyambar tangki, bisa membuat meleleh, bisa berlubang,” ujarnya dikutip dari Antara Selasa (16/11/2021).

Hal itu dikatakannya menanggapi adanya dugaan petir sebagai penyebab terbakarnya tangki di Kilang Cilacap, beberapa hari lalu yang disampaikan penyidik Polda Jawa Tengah yang didasarkan atas keterangan saksi dan petunjuk dari CCTV.

Sebelumnya, BMKG juga menyampaikan peringatan dini bahwa pada saat tangki terbakar, hujan lebat disertai petir akan melanda Cilacap. Kondisi serupa, juga disampaikan Wijonardi Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap.

Reynaldo yang juga Kepala Pusat Penelitian Petir, Lightning Research Center (LRC), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)- ITB itu menambahkan, karakteristik petir di wilayah tropis memang berbeda dibandingkan subtropis.

Petir subtropis lebih kecil, pendek, dan impulsnya lebih sedikit. Sedangkan ekor petir tropis lebih panjang, lebih tinggi, lebih curam, sehingga muatannya lebih banyak.

“Petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa menghancurkan, dan muatan arus petir jauh lebih besar,” katanya.

Karena karakteristik petir tropis yang luar biasa itu, maka kasus kebakaran kilang akibat petir juga bukan hanya terjadi di Indonesia.

Menurutnya, di luar negeri terutama di wilayah tropis, peristiwa serupa juga kerap terjadi.

Salah satu yang paling sering terbakar akibat petir adalah kilang di Malaysia. Karena kondisinya mirip Indonesia.

Selain kualitas tangki yang sudah memenuhi syarat, Reynaldo juga menjelaskan jika kilang-kilang Pertamina sudah dilengkapi dengan teknologi penangkal petir.

Yakni teknologi, Free Standing Mast (FSM) dan Extended Mast Terminal (EMT) pada struktur yang berfungsi sebagai sistem penangkal petir.

Bahkan, teknologi proteksi petir seperti FSM dan EMT tersebut, juga terdapat pada kilang Cilacap, namun memang terdapat sebagian tangki yang belum memakai teknologi itu.

“Malah di Cilacap, di kilangnya juga sudah dipasang. Di sana sudah lebih dari 17 kali sambaran. Jadi kalau gak pakai teknologi itu, coba dibayangkan apa yang terjadi,” katanya. (ant/wld/rstt)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
29o
Kurs