Rabu, 15 Mei 2024

Semangat Kepahlawanan di Era Modern Harus Berlandaskan Nilai-nilai Pancasila

Laporan oleh Farid Kusuma
Bagikan
Ilustrasi, tenaga kesehatan sedang menangani pasien Covid-19. Grafis: suarasurabaya.net

Selepas subuh menjelang matahari naik di langit sebelah timur, Tri Sasongko perawat di salah satu rumah sakit BUMN daerah Jakarta Pusat sibuk menyiapkan perlengkapan kerjanya.

Walau masih mengantuk karena belum cukup waktu istirahatnya dari semalam, dia tetap semangat berangkat ke tempat kerjanya untuk menangani pasien yang butuh pertolongan medis.

Tri Sasongko adalah salah seorang dari sekian banyak tenaga kesehatan yang rela berkorban demi kesehatan dan keselamatan orang lain. Tidak berlebihan kalau dia mendapat predikat sebagai pahlawan.

Mendengar kata pahlawan, mungkin yang pertama kali terlintas di pikiran adalah figur tentara yang bertempur dalam medan perang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan bermakna orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.

Seiring perkembangan zaman, dari masa perang, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, revolusi, reformasi, sampai eranya artificial intelligence, medan peperangan pahlawan modern pun mengalami perubahan.

Sekarang, seorang atau sekelompok orang dengan profesi tertentu bisa mendapat label pahlawan karena sudah mencurahkan segenap kemampuannya untuk mengisi kemerdekaan dengan karya-karya positif, dan bermanfaat buat masyarakat.

Pada waktu pandemi Covid-19 mulai melanda sekitar Maret 2020, Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajarannya menekan penyebaran Virus Corona di berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Seluruh elemen bangsa baik pemerintah dan masyarakat pun bahu-membahu, gotong royong, mengambil peran sesuai kemampuannya untuk mengatasi wabah Covid-19.

Dari sekian banyak profesi, tenaga kesehatan seperti bidan dan perawat, serta tenaga medis khususnya dokter dengan berbagai spesialisasinya punya peran sangat vital.

Setiap menjalankan tugas, mereka mempertaruhkan nyawanya karena berisiko tinggi tertular Virus Corona dari pasien yang ditangani.

Kemudian, tidak sedikit tenaga kesehatan dan tenaga medis yang harus berpisah dengan anggota keluarganya selama berjibaku melawan Covid-19.

Atas berbagai pengorbanan itu, Ma’ruf Cahyono Sekretaris Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) menilai tenaga kesehatan dan tenaga medis yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air sangat layak mendapat titel pahlawan.

“Saya setuju kalau tenaga kesehatan adalah pahlawan. Karena, dalam kondisi pandemi yang merupakan bencana nasional, para tenaga kesehatan ada di garis terdepan. Tentu mereka adalah pejuang dalam bidang kesehatan. Karena memang jasa-jasanya dalam kondisi darurat pandemi, mereka paling depan,” ujarnya di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (23/10/2021).

Menurut Doktor Ma’ruf, pahlawan adalah orang-orang terdepan dengan pengorbanan lebih dari yang lainnya. Pahlawan bisa menjadi teladan, dan berjuang keras untuk kepentingan bersama.

“Pahlawan tidak berjuang untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan kelompok. Tapi, berjuang untuk kepentingan seluruh Bangsa Indonesia,” tegasnya.

Ma’ruf Cahyono Sekjen MPR RI. Foto: Farid suarasurabaya.net

Lebih lanjut, di era modern sekarang ini, Sekjen MPR RI mendorong generasi muda menjiwai semangat para pendiri bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari para penjajah asing.

Ma’ruf menambahkan, apa pun yang dilakukan para generasi muda, semangat kepahlawanan harus tetap menjadi prinsip-prinsip dasar.

“Karena Indonesia adalah negara besar yang memiliki satu cara pandang ke depan, visi yang bagus utamanya ideologi negara Bangsa Indonesia, maka semangat kepahlawanan juga harus disesuaikan dengan kondisi sekarang yang sudah lebih modern, pengaruh lingkungannya juga cukup kuat termasuk juga pengaruh global dan lain-lain seperti teknologi informasi,” paparnya.

Maka dari itu, prinsip-prinsip semangat pahlawan, sambung Sekjen MPR RI, harus terus didasari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

“Kepahlawanan di era modern juga harus tetap dalam prinsip dasar religiusitas. Itu harus dipegang, dan kemudian implementasinya adalah humanitas, persatuan itu kunci yang penting seperti kegotong royongan dan nasionalisme, juga demokrasi Indonesia harus diperkuat dengan mengedepankan musyawarah mufakat, kemudian keadilan sosial,” jelasnya.

Ketua Umum Keluarga Alumni Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman mengingatkan, walau pun zaman berubah orientasinya, semangat kepahlawanan generasi muda dalam rangka mewujudkan visi Indonesia tidak boleh mengubah Pancasila sebagai dasar negara.

Dalam konteks kebangsaan, setiap orang dari berbagai latar pendidikan, pekerjaan, suku, budaya dan agama yang terikat jadi satu oleh Bhinneka Tunggal Ika, layak menyandang predikat pahlawan sesuai kontribusi besarnya untuk kemaslahatan orang banyak.

Sedikit mengutip pernyataan Mohammad Hatta Wakil Presiden Republik Indonesia pertama, pahlawan yang setia berkorban bukan buat dikenal namanya. Tapi, semata-mata untuk membela cita-cita.(rid/dfn/ipg)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 15 Mei 2024
32o
Kurs