Honesti Basyir Direktur Utama PT Bio Farma mengatakan, jumlah tersebut dapat dinaikkan menjadi 40 juta dosis per tahun pada 2023 dengan penambahan fasilitas produksi. Selanjutnya, kapasitas produksi bisa dinaikkan lagi menjadi 100 juta dosis per tahun di 2024, tergantung kebutuhan dan permintaan.

“Kemudian IndoVac bisa digunakan untuk vaksinasi bagi yang berusia 18 tahun ke atas secara massal,” kata Honesti, Kamis (7/9/2022) dikutip Antara.

Honesti menuturkan, pengembangan vaksin IndoVac telah dilakukan sejak November 2021, melalui kerja sama dengan “Baylor College of Medicine” (BCM) Amerika Serikat yang menyediakan bibit (seed) vaksin dengan platform protein rekombinan sub-unit berbasis ragi (yeast based).

Saat ini, IndoVac telah melakukan uji klinis fase satu dan dua, serta dalam proses uji klinis fase tiga untuk usia 18 tahun ke atas.

“Penggunaan platform teknologi vaksin IndoVac sangat menguntungkan, karena kompatibel dengan peralatan dan fasilitas yang tersedia di pabrik. Selain itu, platform teknologi protein rekombinan ini juga memiliki benefit lain yaitu dapat diadaptasi ke varian (strain) baru Covid-19,” katanya.

Dia menyebut, berdasarkan hasil uji klinis fase satu dan dua, vaksin IndoVac tidak kalah dengan vaksin lain yang diimpor dari luar negeri.

Honesti mengatakan, sejak Juli 2022, Bio Farma intensif berkomunikasi dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk pemenuhan data-data pendukung, sehingga izin penggunaan darurat Emergency Use Authorization (EUA) diharapkan dapat dirilis dalam waktu dekat, diperkirakan pertengahan September 2022.

Pada saat yang sama pihaknya juga mengajukan sertifikasi kehalalan IndoVac. Vaksin tersebut, lanjutnya, telah melewati audit aspek kehalalan dari Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). Bio Farma juga sudah memulai uji klinis untuk vaksin lanjutan (booster) sejak 1 September 2022.

“Kami sudah mendapatkan PPUK (Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis) dari BPOM untuk uji klinis vaksin IndoVac booster. Selanjutnya, Bio Farma akan melakukan uji klinis vaksin IndoVac untuk anak-anak setelah mendapatkan PPUK dari BPOM,” kata Honesti.

Ia menjelaskan, bahwa Bio Farma melaksanakan uji klinis vaksin booster di RSUP Dr Hasan Sadikin, Bandung, dan Rumah Sakit Prof. IGNG Ngoerah I, Bali.

Pihaknya juga telah mendaftarkan nama vaksin IndoVac ke Ditjen Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM pada 29 Juli 2022. “Saat ini masih dalam tahap pengumuman. Jika tidak ada keberatan dari pihak lainnya, maka proses ke tahap berikutnya sampai keluar sertifikat merek IndoVac sebagai paten Bio Farma dari Kementerian Hukum dan HAM,” jelas Honesti.

“Vaksin Covid-19 BUMN karya Bio Farma yang memiliki TKDN hampir 80 persen ini, menjadi langkah menuju kemandirian sektor kesehatan. Dengan TKDN sebesar itu, kita berharap dapat mengurangi ketergantungan pada vaksin impor. Pada akhirnya hal itu akan berdampak positif dalam penghematan devisa negara,” ungkap Honesti.

Dalam jangka panjang, pasar ekspor vaksin juga menjadi tujuan Bio Farma, di mana BUMN itu telah mendaftarkan Emergency Use Listing (EUL) ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). (ant/des/bil)