Jumat, 29 Maret 2024

Kejar Percepatan 80 Persen Penduduk Indonesia Divaksin, DPR Minta Bio Farma Fokus

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi. Mobil boks bertulisan vaksin produksi PT Biofarma Bandung sudah terparkir di halaman Kantor Dinkes Jatim, Senin (4/1/2021). Foto: Dok/Denza suarasurabaya.net

Nevi Zuarina anggota Komisi VI DPR RI meminta PT Bio Farma dalam waktu dekat untuk memfokuskan diri pada distribusi vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan. Menurut Nevi, distribusi vaksin, alat kesehatan dan obat-obatan ini sudah sangat mendesak dilakukan karena mengejar percepatan 80 persen seluruh penduduk Indonesia menerima vaksin.

“Saya meminta, Bio Farma dapat mencapai produksi vaksin sesuai dengan program pemerintah untuk mencapai kekebalan komunal. Jumlah produksi dan distribusi mesti dapat secepat mungkin berkejaran dengan waktu seiring percepatan penyelesaian wabah pandemi ini,” ujar Nevi dalam keterangannya, Selasa (7/9/2021).

Dia mengatakan, Bio Farma harus sinergi dengan BUMN farmasi lain dan pihak swasta untuk mengakselerasi percepatan produksi vaksin ini.

“Jangan sampai rakyat sudah siap divaksin tapi penyaluran produksi terlambat. Untuk mendukung kesehatan masyarakat, obat-obatan dan alat kesehatan juga mesti dipastikan tersedia di seluruh wilayah Indonesia,” jelasnya.

Nevi mengatakan, sampai dengan 31 Mei 2021, Bio Farma sudah menerima bulk vaksin Sinovac sebanyak 81,5 juta dosis. Dari jumlah tersebut, vaksin yang sudah diproses di fasilitas Fill and Finish Bio Farma, per 28 Mei 2021, sebanyak 52,63 juta dosis, dan yang sudah release sebanyak 37,90 juta dosis.

Nevi menjelaskan, lewat Penyertaan Modal Negara (PMN), per 31 Mei 2021, Bio Farma telah memproduksi 52,63 juta Vaksin Covid-19. Angka ini bertambah menjadi 90,1 juta dosis Vaksin Covid-19 pada 26 Juli 2021.

“Yang menjadi pertanyaan kami adalah, hingga 22 Juli 2021, jumlah vaksin yang sudah masuk ke Indonesia, kurang lebih sebanyak 151,9 juta dosis. Terdiri dari 123,5 juta dalam bentuk bulk, yang diterima dari Sinovac dan 22,4 juta lainnya diterima dalam bentuk finish produk yang diterima dari AstraZeneca, dan Moderna. Apakah Bio Farma tidak dapat memproduksi sendiri vaksin-vaksin ini. Apa kesulitannya,” kata Nevi mempertanyakan.

Nevi mencatat, berkaitan dengan kewajiban penggunaan komponen Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan transfer teknologi dalam bidang fill atau finish bulk, terdapat 4 Industri farmasi yang siap transfer teknologi pengembangan vaksin melalui Biofarma.

“Fraksi kami di PKS juga terus mendorong Biofarma untuk memproduksi vaksin merah-putih, mulai dari clinical trials atau research and development hingga produksi pada filling line. Termasuk berkolaborasi dengan swasta dan Industri farmasi lain. Tentunya kami juga meminta Bio Farma ada kolaborasi dengan UMKM atau Industri Kesehatan berlevel IKM (Industri Kecil Menengah). Pelibatan UMKM cukup penting mengingat mereka yang sangat terdampak pandemi,” tutup Nevi.(faz/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 29 Maret 2024
30o
Kurs