Selasa, 23 April 2024

Kemenag Jatim Minta Asas Pesantren Dijunjung Tinggi

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Ploso, Jombang yang saat ini dicabut izin operasionalnya oleh Kemenag, Kamis (7/7/2022). Foto: Antara

Kementerian Agama (Kemenag) meminta asas-asas pendirian pondok pesantren dijunjung tinggi sehingga kasus seperti kekerasan seksual tidak akan terjadi lagi.

Hal tersebut disampaikan, As’adul Anam Kepala Bidang Pendidikan Diniyah Pondok Pesantren Kantor Wilayah Kemenag Jawa Timur di Surabaya, Sabtu (9/7/2022). Dia mengakui kasus kekerasan atau pelecehan seksual di pesantren, telah banyak terjadi sejak beberapa tahun lalu.

“Terbaru di Jatim memang ada dua kasus, yaitu di Pondok Pesantren Banyuwangi dan Jombang,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Antara, Sabtu siang.

Sebagai informasi, kasus pelecehan seksual yang terjadi di salah satu pondok pesantren Jombang, berujung pada pencabutan izin operasional oleh Kemenag. Kebijakan dilakukan karena terindikasi ada perintah dari kiai untuk menghalang kepolisian saat hendak menangkap putranya, yang telah ditetapkan sebagai tersangka sehingga dinilai melanggar asas kemaslahatan pesantren.

Anam menjelaskan, syarat pendirian pesantren sebelum memperoleh izin operasional dari Kemenag adalah wajib memenuhi rukun makhat, di antaranya meliputi asas kebangsaan, kemanfaatan dan kemaslahatan. “Kalau asas-asas pendirian pesantren itu dijunjung tinggi, tentu tidak akan terjadi kekerasan dalam bentuk apapun di pondok pesantren,” ucapnya.

Menurut dia, tidak hanya kiai pendiri pondok pesantren yang harus menjunjung tinggi asas tersebut, namun juga berlaku bagi seluruh pemangku kebijakan setempat.

Kemenag, lanjut Anam, sebenarnya selama ini telah mengawasi keberlangsungan belajar mengajar di seluruh pondok pesantren yang memperoleh izin operasional. Bahkan Kemenag turut menggandeng “Rabithah Ma’ahid Islamiyah” (RMI) dari lembaga Nahdlatul Ulama (NU) dalam proses pengawasannya. Selain itu, belum lama ini, Kemenag bersama RMI telah mendeklarasikan pesantren ramah santri.

“Saat ini kami sedang menyusun buku panduan pesantren ramah santri, demi mencegah terjadinya kekerasan dalam bentuk apapun,” katanya.

Anam juga memastikan, saat ini Kemenag juga telah berkoordinasi dengan perwakilan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Unicef untuk melaksanakan proses pendampingan, khususnya terhadap santri-santri yang pernah mendapatkan kekerasan. (ant/bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 23 April 2024
29o
Kurs