Senin, 27 Mei 2024

Presiden Bank Dunia Diserukan Mundur Karena Apatis Soal Perubahan Iklim

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
David Malpass Presiden Bank Dunia. Foto: Reuters

David Malpass Presiden Bank Dunia mendapat kecaman keras dan seruan untuk mundur, pada Rabu (21/9/2022), setelah menolak mengatakan menerima konsensus ilmiah (kesepakatan bersama) tentang pemanasan global.

Dilansir dari Antara, Malpass diketahui muncul di sebuah acara yang diselenggarakan oleh New York Times di Climate Week di New York City pada Selasa (20/9/2022) lalu. Dalam acara tersebut, dia sempat ditanyai tentang potensi pemanasan global akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Malpass pada awalnya mencoba untuk menghindari pertanyaan itu tetapi kemudian berkata: “Saya bahkan tidak tahu. Saya bukan seorang ilmuwan.”

Akhirnya, pernyataan itu beredar di media sosial dan menuai kritik dari mantan diplomat iklim serta kelompok masyarakat sipil, yang kemudian meminta Joe Biden Presiden AS untuk menggantikan Malpass sebagai presiden bank pembangunan multilateral.

Sebelumnya, Donal Trump mantan Presiden Amerika Serikat sebagai pemegang saham Bank Dunia terbesar, secara tradisi menunjuk Malpass untuk jabatan secara lima tahun pada 2019.

“Bagaimana ini mungkin terjadi pada 2022? Sikap apatis ini menghasilkan aksi iklim yang lemah ketika negara-negara sangat membutuhkan bantuan dan keuangan @Bank Dunia,” cuit Laurence Tubiana, mantan utusan iklim Prancis dan arsitek kunci kesepakatan iklim Paris 2015 melalui akun twitternya

“Rakyat & pemerintah sekarang membutuhkan pemimpin Bank Dunia yang mendengarkan sains,” kata Tubiana, sekarang CEO lembaga nirlaba European Climate Foundation.

Koalisi kelompok masyarakat sipil pada Rabu (21/9/2022) menyerukan Bank Dunia untuk memecat Malpass, namun pihak Bank Dunia dan Gedung Putih menolak berkomentar.

Untuk diketahui, tahun lalu lebih dari 70 organisasi non-pemerintah telah bersama-sama menyerukan agar Malpass diganti dengan alasan bahwa Bank Dunia gagal dalam aksi iklim.

Di sisi lain, Departemen Keuangan AS mengatakan, bahwa pihaknya mengharapkan semua mitra berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim. Mereka berharap agar Grup Bank Dunia menjadi pemimpin global dalam ambisi iklim dan mobilisasi pendanaan iklim yang lebih signifikan untuk negara-negara berkembang.

“Kami memiliki dan akan terus untuk memperjelas harapan itu kepada kepemimpinan Bank Dunia. Bank Dunia harus menjadi mitra penuh dalam mewujudkan agenda global ini,” kata seorang juru bicara.

Bank Dunia sebenarnya telah mengurangi investasi tenaga batu bara baru pada 2013 dan menghentikan pendanaan operasi hulu minyak dan gas pada 2019, tetapi sejauh ini menolak tekanan dari anggota dewan Eropa dan juru kampanye iklim untuk menghapus pembiayaan bahan bakar fosil sepenuhnya.

Pada Januari 2021, dewan Bank Dunia bahkan menyetujui investasi 620 juta dolar AS dalam proyek gas alam cair bernilai miliaran dolar di Mozambik.

“Sudah waktunya bagi Gedung Putih dan pemerintah di seluruh dunia untuk berpikir keras tentang siapa yang mereka inginkan untuk memimpin Bank Dunia. Anda tidak perlu menjadi ilmuwan untuk memahami ilmu iklim,” kata Sonia Dunlop dari lembaga pemikir E3G.

Pakar lain mengatakan, pemahaman yang kuat tentang ilmu iklim harus menjadi prasyarat untuk pekerjaan presiden Bank Dunia selama masa bencana akibat perubahan iklim yang sering terjadi, dan berdampak pada banyak negara berkembang yang menerima dukungan keuangan dari Bank Dunia.

“Perubahan iklim akan berdampak paling buruk pada yang termiskin di dunia sehingga ketua Bank Dunia yang tidak jelas dan tegas dalam menangani perubahan iklim mengirimkan pesan yang salah,” kata Gilbert Metcalf, mantan wakil asisten menteri keuangan untuk lingkungan dan energi di bawah pemerintahan Obama.

Tidak hanya itu, Al Gore Mantan Wakil Presiden AS awal pekan ini menggambarkan Malpass sebagai penyangkal iklim. Selwin Hart, penasihat khusus Sekjen PBB untuk aksi iklim, juga mengkritik Bank Dunia pada KTT iklim COP26 di Glasgow tahun lalu.

“Bank-bank besar, terutama Bank Dunia, tidak bisa terus bermain-main sementara negara berkembang terbakar,” katanya. (ant/bil/rst)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Evakuasi Kecelakaan Bus di Trowulan Mojokerto

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Surabaya
Senin, 27 Mei 2024
29o
Kurs