Minggu, 5 Mei 2024

UNICEF: Pendidikan Kesehatan dan Gizi Perlu Diperkuat

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Tangkapan layar Nutrition Specialist UNICEF Indonesia Airin Roshita dalam webinar Sehat Bergizi dalam rangka Mendukung Revitalisasi UKS/M Kampanye Sekolah Sehat pada Kamis (27/10/2022). Foto: Antara

Airin Roshita Nutrition Specialist UNICEF Indonesia menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dan gizi di sekolah perlu diperkuat untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dan berkualitas.

“Dalam Trias UKS/M, itu ada pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat. Memang yang harus kita perkuat adalah pendidikan kesehatan, pendidikan gizi,” ujar Airin dalam webinar Sehat Bergizi dalam rangka Mendukung Revitalisasi UKS/M Kampanye Sekolah Sehat yang diikuti di Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Ia menjelaskan penguatan pendidikan kesehatan dan gizi pada anak-anak dan remaja di sekolah akan berpengaruh positif pada kualitas sumber daya di masa depan.

Menurutnya, jumlah anak dan remaja di Indonesia saat ini begitu tinggi. Badan Statistika Nasional (BPS) tahun 2021, mencatat jumlah anak dan remaja (usia 0-17 tahun) mencapai 79,7 juta orang, 83 persen diantaranya berada pada usia sekolah, yakni 5-17 tahun.

Ia melanjutkan jumlah yang tinggi tersebut membuat Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045, dimana 70 persen penduduk berada pada usia produktif.

“Kalau kita punya bonus demografi, tentu kita tidak mau bonus kita adalah bonus yang sakit-sakitan. Jadi, bonus ini harus jadi bonus yang baik buat negara, dengan menjadikan mereka sehat. Karena, mereka adalah aset kita yang nantinya akan menjadi pemimpin dan pemangku kebijakan di negara ini,” ujar Airin dikutip dari Antara.

Untuk itu, pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu dilakukan sejak usia sekolah dan remaja agar mereka dapat membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan yang bergizi. Apalagi, kebutuhan gizi pada anak usia sekolah dan remaja sangat tinggi.

Berdasarkan berbagai penelitian, pendidikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan siswa di sekolah mengenai gizi dan kesehatan, meningkatkan konsumsi buah dan sayur pada anak usia 8-10 tahun, dan menurunkan konsumsi camilan tinggi garam.

“Intervensi gizi yang multi komponen, termasuk pendidikan gizi yang melibatkan guru dan orang tua efektif meningkatkan pengetahuan dan perilaku siswa,” ujarnya.

Jika anak-anak dan remaja sudah paham mengenai pentingnya gizi dan selalu memenuhi asupan gizi setiap hari, akan memutus siklus kekurangan gizi pada keturunannya di masa depan.

“Kalau anak stunting, dia berisiko tumbuh menjadi remaja yang kurang gizi, dia akan menjadi ibu hamil yang kekurangan gizi juga, kemudian berisiko melahirkan anak stunting. Jadi, kalau kita berinvestasi pada gizi dan kesehatan remaja, kita punya tiga manfaat, yaitu kesehatan dan gizi mereka, kesehatan dan gizi mereka saat dewasa, juga kesehatan dan gizi generasi berikutnya,” ujarnya.(ant/red)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Minggu, 5 Mei 2024
26o
Kurs