Jumat, 19 April 2024

Ahli Gizi: Pencegahan Stunting di Indonesia Masih Jauh dari Baik

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi. Bayi sedang diperiksa kesehatannya oleh dokter. Foto: Pixabay

Pencegahan stunting masih belum dianggap baik meski telah mengalami perubahan semenjak 5 tahun yang lalu. Ira Dwijayanti Dosen dan Ahli Gizi Universitas Nadhlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengungkapkan bahwa kemajuan yang telah terjadi masih jauh dari kata baik.

“Kalau dianggap ada kemajuan pasti ada ya kemajuan, cuma kalau dianggap baik atau tidak ya masih jauh, masih di atas 10 persen,” ujar Ira saat dihubungi Suara Surabaya, Kamis (26/1/2023).

Menurutnya, perkembangan teknologi tidak bisa menjadi acuan perkembangan stuntingkarena dari para ibu sendiri juga terkadang masih belum bisa memilah informasi mana yang baik bagi dirinya. Selain perkembangan teknologi, alasan mengapa angka stunting masih tinggi hingga kini adalah karena banyaknya faktor yang saling berkesinambungan.

“Jadi kalau stunting ini memang rumit. Faktornya tuh banyak sekali, dari segi ibu, komunitas, pemerintah,” imbuhnya saat ditanya mengapa stunting sulit untuk dihindari.

Jika dilihat dari segi ibu atau lingkungan keluarga, penyebab stunting ini dapat disebabkan kurangnya edukasi. Ira menjelaskan, dengan generasi orang tua yang masih percaya dengan mitos, juga bisa menghambat kesehatan kondisi kehamilan sang ibu. Seperti adanya pantangan tertentu yang justru pantangan tersebut dibutuhkan oleh sang ibu.

“Misal kalau lagi hamil, itu tidak boleh makan ikan misal, padahal kan ikan itu tinggi protein,” kata dosen Unusa itu.

Puskesmas, Posyandu dan layanan kesehatan lain juga menjadi penyebab lain kurangnya kesadaran para ibu terhadap stunting. Menurut Ira, beberapa alasan mengapa para ibu enggan aktif berkunjung ke layanan kesehatan adalah akses menuju ke lokasi yang relatif jauh atau layanan kesehatan yang tidak berjalan pengelolaannya. Kebijakan politik kepala daerah juga memengaruhi pengelolaan layanan kesehatan yang ada.

Stunting merupakan keadaan di mana seorang anak memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya atau biasa disebut sangat pendek. Dapat disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi dalam jangka panjang, juga bisa disebabkan oleh infeksi atau sakit yang menyebabkan status gizi anak tidak meningkat.

Ira mengucapkan, bahwa pencegahan dapat dilakukan sejak 1.000 hari pertama kelahiran sampai umur 2 tahun. Jika sudah melebihi jangka waktu tersebut, persentase kesembuhan berkurang seiring bertambahnya umur.

Ia berharap, masyarakat hingga pemerintah dapat saling bersinergi dalam mencegah stunting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

“Karena memang sekarang lagi berusaha untuk mengembangkan strategi. Jadi intervensi ataupun strategi penurunan ini mulai dari seluruh lapisan dari ibu sendiri kita berikan edukasi, dari kader juga berikan edukasi, dari keluarga pun seperti itu. Kemudian tenaga kesehatan juga diberikan edukasi sampai kita godok juga di kebijakan, dan ini memang butuh waktu,” ungkap Ira.(abd/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Jumat, 19 April 2024
26o
Kurs