Rabu, 1 Mei 2024

Anakan Paus Balin Terdampar di Perairan Surabaya, Bakal Diautopsi Besok

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Pexel

Anakan paus dalam kondisi mati terdampar di tepi Pantai Kejawan Putih Tambak, Mulyorejo, Surabaya, Senin (15/5/2023). Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, diduga paus itu mati karena sakit.

Antiek Sugiharti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya menyebut, usai mendapat laporan dari para nelayan sekitar, pemerintah kota (pemkot) langsung koordinasi dengan berbagai pihak terkait.

“Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Juanda dan kemudian Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) juga Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim,” kata Antiek, Senin (15/5/2023).

Para pihak langsung sosialisasi ke nelayan untuk tidak membawa paus ke tengah laut lagi.

“Tadi akhirnya dia diikat oleh BPSPL kemudian dilakukan evakuasi dengan diikat, dibiarkan di area itu nanti sampai habis akan habis sendiri,” tambahnya.

Selanjutnya, akan ada penelitian dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga untuk memastikan penyebab kematian.

“Kerangkanya akan diawetkan untuk dimuseumkan karena jenis paus ini tidak ada di perairan Indonesia karena ini jenis dari Australia. Paus Balin,” terangnya lagi.

Paus itu diduga masih anakan atau kecil karena panjangnya masih 12 meter.

“Kalau dewasa sudah 16 meter,” tandasnya.

Terpisah, Dokter Hewan Bilqisthi Ari Putra Divisi Patologi Veteriner FKH Unair menambahkan, belum bisa memastikan penyebab kematian paus.

“Masih dalam pemeriksaan kan hari ini pertama, besok kedua untuk autopsi langsung di lokasi untuk memastikan penyebabnya,” ujarnya.

Namun, hasil pemeriksaan luar hari ini, diduga paus mati karena penyakit. Bukan dibunuh, kecelakaan menabrak benda di laut, dan sebagainya.

“Pemeriksaan luar, jenis kelamin, usia, wajar atau tidak matinya. Perkiraan perubaan mati, dilihat kembungnya perut, pembusukan kulit dan lain-lain, perkiraan tiga hari. Mungkin terdampar di tepi tapi belum mati bisa saja, kita sulit mengetahui kalau tidak ada data dari nelayan,” tambahnya.

Kesimpulan itu diperoleh dari tidak adanya tanda-tanda luka yang ditemukan pada tubuh bangkai paus.

“Kemungkinan karena penyakit, seperti apa penyakitnya, apa saja kelainan besok baru diketahui,” imbuhnya.

Hari ini, baru dilakukan peletusan perut paus agar memudahkan proses autopsi besok. Sementara hasilnya baru keluar 14 hari usai autopsi dilakukan.

“Pasti (meletus) untuk memulai proses autopsi dengan gas seperti itu ada metode dilakukan dengan melubangi paus agar gas keluar lebih dulu. Kita kurangi gasnya dan sudah kita lakukan agar persiapan besok matang dan tidak ada letusan kita kurangi gasnya,” tandasnya. (lta/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 1 Mei 2024
32o
Kurs