Jumat, 3 Mei 2024

BKKBN: Angka Harapan Hidup Laki-Laki Rendah Akibat Polutan Berbahaya

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Hasto Wardoyo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Foto: BKKBN

Hasto Wardoyo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa angka harapan hidup kebanyakan laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan akibat terlalu sering terpapar polutan berbahaya.

“Tidak hanya ke depan, sekarang sudah terjadi. Jadi angka harapan hidup perempuan lebih panjang karena angka risiko kematian lebih banyak pada laki laki,” ujarnya di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (5/7/2023).

Hasto menjelaskan, polutan yang banyak mengenai laki-laki kebanyakan berasal dari kebiasaan buruk sehari-harinya yakni merokok. Sebanyak 48 persen laki-laki di Indonesia diketahui telah menjadi perokok aktif maupun pasif, dilansir Antara.

Berdasarkan hasil kajian yang sudah banyak dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, merokok dapat menyebabkan penggunanya mengalami penyakit paru-paru kronis, merusak gigi dan menyebabkan bau mulut, berpotensi menimbulkan stroke atau serangan jantung.

Selain rokok, laki-laki juga banyak yang bekerja di lapangan (luar rumah) sehingga terpapar oleh senyawa atau zat berbahaya.

“Contohnya yang bertani di lapangan dan bergelut dengan pestisida. Banyak laki-laki juga (yang jadi petani), jadi memang sebetulnya kami (laki-laki) banyak terpapar polutan,” ujar Hasto.

Hasto menyampaikan, angka harapan hidup laki-laki lebih rendah karena adanya risiko kematian yang lebih besar. Risiko itu bisa datang dari perilaku sosial seperti mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan hingga mengalami tabrakan, berkelahi ataupun mempunyai hobi unik seperti memanjat tebing atau pohon.

Menurutnya, hal ini pula yang menyebabkan ketika Indonesia memasuki masa penuaan penduduk, negara akan dipenuhi oleh lansia yang didominasi oleh perempuan dan mulai adanya fenomena dimana banyak perempuan menjadi kepala rumah tangga.

“Akhirnya ini banyak juga (perempuan) yang belum produktif karena pendidikannya rendah, ekonominya rendah sehingga mendekati 2045, kita harus menghadapi ageing population (penuaan penduduk). Hati-hati,” tandasnya. (ant/fra/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Jumat, 3 Mei 2024
29o
Kurs