Sabtu, 27 Juli 2024

BMKG Perkirakan El Nino Masih Akan Bertahan Hingga Awal 2024

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Grafik soal El Nino. Foto : tangkapan layar

Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, bulan Februari tahun 2023, pihaknya merilis adanya potensi El Nino di semester kedua tahun 2023 yaitu tepatnya mulai bulan Juli. Diprediksi bahwa musim kemarau 2023 akan tiba lebih awal dari biasanya.

“Hingga bulan Agustus 2023, hasil pemantauan menunjukkan bahwa terdapat 37,5 persen dari zona musim di Indonesia yang mengawali awal musim kemarau lebih awal dari normalnya,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers secara daring, Jumat (8/9/2023).

Kata dia, hasil pemantauan juga menunjukkan bahwa saat ini sekitar 78,5 persen dari total zona musim telah memasuki musim kemarau.

“Jadi point nya adalah sebagian besar wilayah Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau,” jelasnya.

Secara umum, lanjut Dwikorita, kemarau yang lalu itu secara bertahap dimulai dari bulan April hingga Juni 2023 dan mencapai puncaknya di bulan Agustus hingga September 2023 saat ini.

“Jadi saat ini di sebagian besar wilayah Indonesia sedang memasuki musim kemarau,” jelasnya.

Kemudian, kata Dwikorita, hasil analisis terhadap data suhu muka laut di samudra Pasifik menunjukkan bahwa gangguan iklim El Nino mulai muncul pada pertengahan bulan Mei 2023 dan terus berkembang mencapai level El Nino moderat sejak akhirJuli 2023. Dan saat ini indeks El Nino berada pada nilai positif 1,504. Kondisi El Nino moderat ini diprediksi tetap bertahan hingga awal 2024.

Sedangkan di Samudra Hindia pemantauan anomali suhu muka laut menunjukkan adanya kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) positif atau IOD positif dengan indeks saat ini sebesar positif 1,527 dan diprediksi akan tetap positif hingga akhir tahun 2023.

“Jadi maknanya indeks IOD positif dan El Nino moderat dua-duanya itu berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan di wilayah kepulauan Indonesia,” terangnya.

Menurut dia, keringnya musim kemarau saat ini sesuai hasil prediksi di bulan Februari lalu akibat dari pengaruh banyak yaitu El Nino dari Samudra Pasifik dan IOF positif dari Samudra Hindia yang saling menguatkan.

Atau dengan kata lain, superposisi fenomena El Nino dan IOD positif tersebut menyebabkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia menjadi jauh lebih sedikit dari normalnya.

“Yang berkaitan dengan kondisi curah hujan rendah kan sudah lebih dari dua bulan beberapa wilayah di Indonesia tidak mengalami hujan sama sekali,” ungkapnya.

“Itulah sebagai penyebab kekeringan di Indonesia sesuai hasil prediksi yang disampaikan BMKG kurang lebih bulan Februari yang lalu,” pungkas Dwikorita.(faz/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Perahu Nelayan Terbakar di Lamongan

Surabaya
Sabtu, 27 Juli 2024
26o
Kurs