Selasa, 16 April 2024

BNPT: Indeks Serangan Terorisme 2023 di Indonesia Turun 56 Persen

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Andhika Chrisnayudanto (tengah) Deputi Kerja Sama internasional BNPT memberikan keterangan terkait indeks serangan terorisme di Indonesia di sela-sela pertemuan kelompok kerja ASEAN Senior Official Meeting terkait pemberantasan terorisme ke-19 (19th SOMT WG on CT) di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (18/5/2023). Foto: Antara

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia menyatakan indeks serangan terorisme di Indonesia tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 56 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Berdasarkan Global Terorisme Indeks di Indonesia terlihat bahwa untuk serangan tahun 2023 mengalami penurunan sampai 56 persen,” kata Andhika Chrisnayudhanto Deputi Kerja Sama internasional BNPT di sela-sela pertemuan kelompok kerja ASEAN Senior Official Meeting terkait pemberantasan terorisme ke-19 (19th SOMT WG on CT) di Kuta, Badung, Bali pada Kamis (18/5/2023).

Penurunan angka serangan terorisme yang sama, kata Andhika juga terjadi pada tahun 2022 di mana seturut pernyataan Jenderal Listyo Sigit Prabowo Kapolri untuk tahun 2022 penyerangan terorisme (terorism attacks) turun sampai 86 persen. Dengan data tersebut, menurut dia secara internasional dan nasional serangan terorisme di Indonesia mengalami penurunan.

Menurut Andhika selain penurunan pada sisi serangan, indeks terorisme di Indonesia juga mengalami penurunan pada sisi jumlah kematian dan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat dan negara. Ada tiga hal yang menjadi tolak ukur untuk mengukur indeks terorisme yakni sisi jumlah serangan, jumlah korban, dan dampak yang ditimbulkan dari serangan tersebut.

“Indikator penurunannya dilihat dari sisi penyerangan dan ini yang dipakai Global Terorisme Indeks memakai tiga faktor utama yaitu dari faktor adanya jumlah kematian, jumlah serangan, yang ketiga dampak sosial ekonominya,” katanya.

Sebagai contoh, kata Andhika kejadian bom bunuh diri di Kepolisian Sektor Astana Anyar, Bandung. Kejadian tersebut tidak banyak menelan korban jika dibandingkan dengan serangan terorisme besar lainnya di Indonesia.

“Itu dilihat dari jumlah kematian tidak banyak seperti tahun sebelumnya. Berarti jumlahnya turun,” jelas Andhika yang saat itu didampingi Brigjen Pol. Amur Candra Juli Buana Sekretaris NCB Interpol Indonesia Divhubinter Polri dan Kombes Pol. Dodied Prasetyo Aji Kepala Bagian Konvensi Internasional Divhubinter Polri.

Dengan jumlah kematian yang sedikit juga tidak berpengaruh besar pada sirkulasi ekonomi nasional maupun internasional. Hal tersebut berbeda dengan peristiwa penyerangan terorisme pada bom Bali yang sangat mempengaruhi berbagai aspek seperti sosial ekonomi dan politik internasional dimana akibatnya sangat terasa pada jumlah kunjungan wisatawan yang menurun drastis.

Namun demikian, kata Andhika, walaupun catatan Indeks serangan terorisme mengalami penurunan tidak membuat BNPT dan stakeholder lainnya menganggap enteng potensi bahaya terorisme di Indonesia karena bagaimanapun pun juga potensi tersebut tetap ada dengan adanya paham radikalisme dan daftar terduga teroris, serta jaringan organisasi terorisme seperti Jamaah Islamiah dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Menurut hasil survei BNPT bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Puslitbang Kemenag, Kajian Terorisme UI, BRIN, The Centre for Indonesian Crisis Strategic Resolution (CICSR), Nasaruddin Umar Office, The Nusa Institute, Daulat Bangsa dan Alvara Research Institute menyatakan Indeks Potensi Radikalisme tahun 2022 mengalami penurunan sebanyak 2,2 persen, dari 12,2 persen pada tahun 2020 menjadi 10 persen.

Survei tersebut menunjukkan Indeks Potensi Radikalisme lebih tinggi pada wanita, generasi muda, dan mereka yang aktif di internet.

Melansir dari Antara, adapun Indeks Risiko Terorisme tahun 2022 terdiri atas dimensi target dan dimensi supply pelaku. Hasil penilaian telah berhasil melampaui target yang ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dimana Indeks dimensi target di tahun 2022 berada di angka 51,54.

Angka ini lebih rendah dari yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sebesar 54,26. Lebih lanjut, Indeks dimensi supply pelaku berada di angka 29,48. Angka itu lebih rendah dari yang ditetapkan RPJMN sebesar 38,00. Dalam hal ini, semakin kecil angka indeks, maka risiko terorisme menjadi semakin rendah.

“Jadi walaupun demikian negara memiliki kewajiban untuk melakukan penanganan. Intinya walaupun penyerangan turun, tetapi kami tidak bisa anggap enteng,” ungkap Andhika.

Andhika menyatakan, sebagai sektor terdepan penanggulangan terorisme di Indonesia, BNPT Republik Indonesia terus berkomitmen melawan paham dan aksi terorisme, serta ekstremisme berbasis kekerasan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018.(ant/abd/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 16 April 2024
30o
Kurs