Sabtu, 27 April 2024

Kadin Jatim: Butuh “Dirigen” untuk Percepatan Industri Pariwisata Ramah Muslim

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Adik Dwi Putranto Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (Kadin Jatim). Foto: Kadin Jatim

Adik Dwi Putranto Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur (Kadin Jatim), menegaskan kalau wilayah Jatim punya banyak destinasi wisata yang bisa dikembangkan jadi pariwisata ramah muslim.

Namun, dia menganggap realisasinya sejauh ini masih minim karena tidak memiliki sosok peran seperti “Dirigen” yang mengarahkan semua potensi itu.

“Padahal Jatim memiliki segalanya, Gubernurnya juga memiliki komitmen besar terhadap pengembangan industri ini. Kalau Jatim sudah memiliki dirigen, saya yakin akan cepat mengalahkan Jateng dan Jabar yang sudah terlebih dahulu mendeckleir sebagai destinasi wisata halal atau pariwisata ramah muslim,” kata Adik Dwi Putranto di Surabaya, Senin (20/3/2023).

Dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net, Adik menyebut beberapa potensi destinasi wisata yang bisa dikembangkan menjadi wisata ramah muslim di Jatim, di antaranya wisata alam Gili I yang yang tercatat sebagai daerah dengan oksigen terbersih kedua di dunia.

Selain itu juga ada destinasi wisata Blue Fire Gunung Ijen di Banyuwangi, serta destinasi wisata Gunung Tengger Semeru atau BTS. Juga, ada wisata regili makam Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim di Gresik serta sunan Bonang di Tuban.

“Kita memiliki segalanya, ada wisata alam, wisata pantai, wisata budaya hingga wisata religi. Tinggal kita menggerakkannya menjadi wisata ramah muslim. Kalau kita bicara wisata ramah muslim atau wisata halal, jangan dilihat dari fikihnya saja tetapi dari opportunity bisnisnya. Karena kalau sudah masuk kategori wisata ramah muslim, pasti akan aman dan nyaman,” tegasnya.

Kadin Jatim, lanjutnya, siap memberikan support semaksimal mungkin, berkolaborasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait untuk mewujudkan Indonesia sebagai destinasi wisata halal nomor satu di dunia pada tahun 2024.

Hal senada juga diungkapkan Zaki Basalamah Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal Kadin Jatim saat mengisi Seminar Nasional Potensi Pariwisata Halal Indonesia, yang diselenggarakan pada saat “Jatim Festival Halal 2023” pada hari Minggu (19/3/2023).

Menurutnya, Jatim memiliki potensi pariwisata halal yang sangat besar, tetapi sejauh ini masih belum digarap secara maksimal. Hal ini bisa dilihat dari skor yang diberikan Muslim Travel Indonesia (MTI) kepada pariwisata Jatim yang hanya dikisaran 4,12 persen.

“97,814 persen penduduknya beragama Islam (Muslim) ini adalah potensi yang sangat luar biasa. Ini juga ditunjang dengan Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim, yang memiliki “ghiroh” dalam mengembangkan Ekonomi & Keuangan Syariah di Provinsi Jawa Timur,” ungkapnya.

Menurutnya, Malang Raya saat ini sudah masuk dalam daftar pengembangan 10 destinasi Halal Prioritas Nasional, yang mengacu standar GMTI sebagai wisata halal Indonesia. Sementara Kota Batu, mendapatkan penghargaan Wisata Halal yang diadakan oleh Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) pada tahun 2019.

“Jatim juga berencana mendirikan Indonesia Islamic Science Park seluas 101 hektare di kaki jembatan Suramadu, Bangkalan, Jawa Timur. Banyaknya potensi yang dimiliki, Jatim berpeluang menjadi proyek percontohan “One-Stop Integrated Edu-Art Halal Entertainment Islamic Centre pertama” di Indonesia,” ungkapnya.

Zaki Basalamah Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal Kadin Jatim saat menjadi narasumber pada Seminar Nasional Potensi Pariwisata Halal Indonesia yang diselenggarakan pada saat “Jatim Festival Halal 2023”, Minggu (19/3/2023). Foto: Kadin Jatim

Pada kesempatan yang sama, Andhi Maipa Dewandu Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, mengatakan pariwisata halal bukan dilihat dari destinasinya tetapi dari servisnya. Ada tiga kategori penting yang harus dipenuhi dalam mewujudkan pariwisata ramah muslim.

Pertama adalah Need to Have, yaitu layanan atau fasilitas yang harus ada, diantaranya adalah pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman halal di lokasi wisata serta kemudahan fasilitas bersuci dan beribadah. “Kalau hotel, cara mensucikan tempat itu wajib. Juga toilet ramah muslim,” kata Andhi Maipa Dewandu.

Kedua adalah “Good to Have”, yaitu layanan atau fasilitas yang kalau ada di tempat wisata akan menjadi bagus, seperti disediakan sajadah, mukenah atau Alquran. “Selanjutnya ketiga adalah Nice to Have. Yaitu layanan atau fasilitas yang jika ada, maka akan sangat bagus,” terangnya.

“Saat ini Indonesia sudah masuk dalam lima besar Global Muslim Travel Index. Kita punya ambisi tahun depan akan menjadi juara satu. Karena fasilitas sudah banyak sekali, juga momen seperti Jatim Halal Festival ini harus diperbanyak dan dipercepat,” katanya.

Sementara itu, Dahlan Iskan sebagai tokoh di Jatim yang juga menjadi narasumber dalam kesempatan tersebut menegaskan bahwa saat ini penduduk muslim kalangan menengah atas sudah sangat banyak.

“Dan Itulah pasar. Mereka itu tipenya tidak mau makan tidak enak. Kedua tidak mau makanan tidak sehat karena kesadaran kesehatannya sudah sangat besar. Ketiga harus bersih dan tidak mau jorok. ini pasarnya luar biasa besar sekali,” ujar Dahlan Iskan.

Oleh karena itu, ekosistem pariwisata halal harus disiapkan, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai pengusaha, lanjutnya, UMKM dituntut untuk gigih dan pantang menyerah. “Pengusaha itu tidak butuh dibantu tetapi jangan dirusuhi,” katanya.

Menurutnya, dukungan kepada pengusaha bisa diwujudkan dengan memberikan kemudahan dalam perizinan atau kemudahan dalam pengurusan sertifikat halal.

“Banyak UMKM yang tidak memilki sertifikat halal itu bukan karena ketidaktahuan mereka tetapi karena mereka itu tidak memiliki waktu untuk mengurusnya, apalagi kalau butuh waktu yang lama. Sehingga support sangat dibutuhkan di sini,” tandasnya. (bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 27 April 2024
31o
Kurs