Senin, 29 April 2024

Mahasiswa ITS Kembangkan Alat Daur Ulang Plastik Menjadi Bahan Bakar

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Inovasi alat bernama Smart Reducer Gas Pyrolysis untuk mengatasi permasalahan plastik dengan mendaur ulang jadi bahan bakar, rancangan Tim Fuchelia ITS. Foto: ITS

Tim Fuchelia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengembangkan inovasi alat bernama Smart Reducer Gas Pyrolysis, untuk mengatasi permasalahan plastik dengan mendaur ulang jadi bahan bakar

Immanuel Nathanael Lumban Gaol anggota Tim Fuchelia ITS mengatakan, seiring berkembangnya industri pertanian, saat ini bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama sejumlah petani. Sedangkan menurutnya, ketersediaannya semakin menipis hingga berdampak pada harga yang mahal.

“Dengan begitu, perlu adanya bahan bakar ramah lingkungan, seperti bahan bakar hasil pirolisis limbah plastik,” ujarnya dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net pada Kamis (4/5/2023).

Dengan permasalahan itu, ia bersama tim yang melibatkan tujuh mahasiswa Departemen Kimia ITS, merancang teknologi tepat guna dengan teknik pirolisis limbah.

Alat yang dirancang tersebut merupakan teknologi pengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak yang tersusun atas beberapa bagian, yaitu reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor, dan penampung produk.

Nuel sapaannya, memaparkan, konsep pirolisis yang diterapkannya yakni merupakan proses pemanasan bahan padat dalam keadaaan oksigen yang terbatas atau bahkan tanpa oksigen.

“Alat yang kami kembangkan ini menggunakan plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan baku dengan produk luarannya berupa minyak,” imbuhnya.

Sedangkan dari segi teknis, lanjutnya, cara kerja alat tersebut dimulai dengan memilah dan memisahkan sampah plastik yang akan dicacah sampai diperoleh ukuran terkecil. Kemudian masuk proses pirolisis dengan memasukkan 5-10 kilogram plastik ke dalam reaktor, dan dipanaskan menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG).

“Maka, plastik akan meleleh dan mengalami proses perengkahan menjadi hidrokarbon rantai yang lebih pendek,” terangnya.

Tim Fuchelia ITS saat menunjukkan hasil inovasi produk minyak pirolisis. Foto: ITS

Dengan panas yang ditambahkan terus-menerus dalam reaktor tersebut, kata dia, dapat membuat lelehan plastik menguap, dan uap hasil pemanasan dialirkan menuju kondensor untuk didinginkan, sehingga diperoleh cairan berupa minyak.

“Minyak pirolisis ini yang dimanfaatkan untuk bahan bakar mesin diesel untuk menghidupkan alat-alat pertanian,” ungkapnya.

Untuk mengurangi emisi karbon, ia dan tim juga menambahkan zat aditif berupa minyak kayu putih ke dalam minyak pirolisis dengan target hasil minyak yang lebih jernih. Kemudian menambahkan pada knalpot mesin diesel dengan penggunaan minyak pirolisis juga akan ditambahkan karbon aktif.

“Dengan demikian, di saat penggunaannya diesel tidak akan menimbulkan bau menyengat,” ujarnya.

Ia berharap, inovasi tersebut dapat berguna di berbagai aspek industri pertanian di Indonesia, seperti energi, pra panen, dan pascapanen pertanian untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitar masyarakat.

Dan sebagai diketahui, berkat gagasan teknologi tersebut, rancangan tim Fuchelia berhasil diaplikasikan secara langsung pada acara pengabdian masyarakat yang bertajuk Technology for Indonesia (TFI) di Serang, Banten.(ris/dfn/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Senin, 29 April 2024
30o
Kurs