Kamis, 9 Mei 2024

Unggul di Sektor Pertanian, Perkebunan hingga Kehutanan Melalui Jatim Agro

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Kiri-Kanan: Dydik Rudy Prasetya Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Jumadi Kepala Dinas Kehutanan Jatim, dan Anik Dwi Nastiti Kepala Bidang Produksi Tanaman Tahunan Dinas Perkebunan Jatim saat on air di Radio Suara Surabaya, Rabu (18/10/2023) pagi. Foto: Andhini magang suarasurabaya.net

Jatim Agro merupakan bhakti keenam dalam Nawa Bhakti Satya yang dicanangkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah Indar Prawansa Gubernur dan Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur.

Dalam program Jatim Agro itu, Pemprov berkomitmen memajukan sektor pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan perkebunan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi petani dan nelayan,

Terdapat sejumlah langkah yang ditempuh. Mulai dari membangun dan mengembangkan pusat-pusat pengolahan agropolitan. Kemudian engembangkan pusat-pusat pengolahan agropolitan, stabilisasi dan tabungan pangan, restrukturisasi produk pertanian

Lalu menjadikan sungai dan hutan sebagai sumber kehidupan danpenguatan SDM pertanian dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), dan mengembangkan kawasan pertanian terpadu berskala nasional.

Jatim Agro bukan sekadar program kerja semata. Program ini dijalankan dengan baik oleh Pemprov Jatim di bawah kepemimpinan Khofifah dan Emil Dardak.

Hal ini dibuktikan dengan penghargaan Adhikarya Nararya Pertanian dari Kementerian Pertanian atas kontribusi dan keberhasilan Jatim dalam mendukung strategi pencapaian peningkatan produksi pertanian.

Jawa Timur dinilai berhasil mempertahankan status sebagai penghasil atau produsen padi tertinggi nasional melalui inisiasi pertanian presisi, intensifikasi, dan optimalisasi lahan.

“Jawa Timur memang sudah menjadi ikon nasional. Bahwa Jatim merupakan salah satu produsen terbesar pangan, khsusunya beras,” ujar Dydik Rudy Prasetya Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim saat mengudara dalam program Merawat Bumi Majapahit Radio Suara Surabaya pada Rabu (18/10/2023) pagi.

Menurut Rudy, sapaan akrabnya, Adhikarya Nararya Pertanian hanyalah satu dari segudang penghargaan yang diterima provinsi Jatim dari pemerintah pusat yang berkaitan dengan pertanian selama kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak.

“El Nino menjadi momok bagi dunia pertanian. Namun yang mengejutkan kami adalah bahwa sampai saat ini kita masih menghasilkan produksi yang lebih tinggi daripada tahun lalu,” ungkapnya.

Pada 2022 lalu, total produksi beras di Jatim mencapai 9,52 juta ton. Sedangkan pada tahun ini, hingga Oktober 2023, produksi beras di Jatim sudah 9,59 juta ton. Pihaknya memprediksi pada akhir 2023 nanti mencapai angka 11,2 juta ton.

“Artinya kami akan bisa surplus sekitar 3,9 juta ton. Lebih besar daripada tahun yang sekitar 3,3 juta ton. Artinya meski ada El Nino, Jawa Timur mampu bertahan. Sebab petani-petani Jatim itu sangat tangguh,” tegas Rudy.

Sedangkan dari sektor kehutanan, ada tiga elemen penting yang dibangun oleh Dinas Kehutanan Jatim adalah nilai ekonomi dalam hal ini menyangkut hasil hutan, lalu nilai ekologi dan dinamika sosial. Sementara luas kawasan hutan di Jatim sekitar 1.361.146 hektare.

“Kalau di Pulau Jawa, nilai hasil hutan dari Jatim selalu yang tertinggi. Stabil peningkatannya. Sampai saat triwulan kedua, Jatim masih yang tertinggi di angka Rp7,5 triliun sekian. Selisih dengan provinsi lain juga sangat jauh,” ujar Jumadi Kepala Dinas Kehutanan Jatim.

“Pada 2022 kemarin, nilai hasil hutam Jatim lebih dari Rp12 triliun. Jawa Tengah ada di posisi dua dengan Rp6,7 triliun. Sedangkan Jawa Barat Rp1,5 triliun. Artinya sejak 2019, bergerak terus dari Rp10,6 triliun hingga mencapai Rp12 triliun pada tahun lalu,” imbuh Jumadi.

Selain nilai ekonomi yang tinggi, nilai ekologi atau tutupan lahan dan hutan, Jatim memiliki hutan seluas 1.361.146 hektare. Rasio hutan Jatim memang tidak sampai 30 persen. Namun, menurut Jumati, rasio tutupan lahan di Jatim juga meningkat.

Peningkatan rasio itu sejalan dengan program Pemprov Jatim seperti konsep sedekah oksigen dan festival mangrove.

“Itu adalah beberapa cara untuk memicu masyarakat agar berpartisipasi sejak dini untuk menanam pohon. Sebab satu batang pohon akan menghidupi kita,” terangnya.

Jawa Timur juga leading di sektor perkebunan. Menurut Anik Dwi Nastiti Kepala Bidang Produksi Tanaman Tahunan Dinas Perkebunan Jatim, pihaknya memiliki komoditas unggulan seperti kopi dan kakao. Selain itu juga ada tebu dan tembakau.

“Pada saat ini memang ada yang alih lahan, dari kopi ke pertanian. Jadi ada diversifikasi, tidak hanya satu tanaman saja, tapi bisa diversifikasi antara kopi atau kakao dengan tanaman lainnya,” ungkap Anik.

Pihaknya bersama kelompok tani di daerah, berupaya mengatasi kekurangan lahan lantaran banyak lahan yang dialihkan ke komoditas lain, dengan memanfaatkan lahan-lahan hutan. Contohnya adalah tebu.

“Utuk hasil tebu di Jatim adalah 49,55 persen menyumbang kebutuhan nasional. Jadi kebutuhan nasional untuk tebu, ada di Jawa Timur. Komoditi kopi dan kakao juga tidak berbeda jauh. Makanya, jika terdapat kendala di Jatim, dampaknya bisa ke yang lain,” ungkap Anik. (saf/iss)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Kamis, 9 Mei 2024
30o
Kurs