Rabu, 22 Mei 2024

Memahami Risiko dan Perawatan bagi Ibu Hamil Usia 35 Tahun

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi wanita hamil. Foto: Freepik

Kehamilan adalah perjalanan yang mengubah hidup, dan kesehatan ibu pada masa ini dapat berdampak pada persalinan yang aman dan bebas komplikasi.

Terkait kehamilan setelah usia 35 tahun, ada tantangan dan risiko tertentu yang mungkin dihadapi ibu hamil.

Dikutip Antara dari laman Hindustan Times, Rabu (10/4/2024), seiring bertambahnya usia wanita, risiko komplikasi terkait kehamilan mungkin meningkat. Kondisi seperti diabetes gestasional, dan tekanan darah tinggi, mungkin membuat perjalanan ini menjadi tantangan bagi calon ibu.

Risiko terjadinya kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah juga lebih tinggi. Kekhawatiran lainnya adalah peningkatan risiko kelainan kromosom dan kelainan pada bayi. Kondisi seperti sindrom Down menjadi sedikit lebih umum seiring bertambahnya usia ibu. Maka itu, tes prenatal dapat membantu mengidentifikasi kekhawatiran ini sejak dini.

“Salah satu tantangan utama adalah penurunan kesuburan. Seiring bertambahnya usia, jumlah dan kualitas sel telur menurun pada wanita, sehingga membuat pembuahan alami menjadi lebih sulit,” kata Dr Garima Sawhney, salah satu pendiri dan Ginekolog di Pristyn Care.

Sawhney juga menambahkan perawatan prenatal secara teratur dengan penyedia layanan kesehatan yang berpengalaman dalam menangani kehamilan berisiko tinggi sangat penting. Mempertahankan gaya hidup sehat melalui pola makan dan olahraga yang tepat dapat secara signifikan meningkatkan peluang kehamilan yang lancar.

Sementara itu, Dr Nupur Gupta, direktur kebidanan dan ginekologi, Fortis Memorial Research Institute, Gurugram, mengatakan kehamilan setelah usia 35 tahun dapat memiliki risiko dan pertimbangan tertentu.

Sebelum memastikan ingin hamil pada usia ini, ada beberapa tes yang disarankan Gupta untuk dilakukan sebelum merencanakan kehamilan seperti pengecekan darah lengkap (CBC), tes golongan darah, rubella, skrining talasemia, pengecekan gula darah, tes hormon perangsang tiroid (TSH), vaksinasi, pemeriksaan tekanan darah dan mengetahui indeks masa tubuh.

“Perawatan prenatal yang teratur, pilihan gaya hidup sehat, dan komunikasi terbuka dengan profesional kesehatan dapat membantu mengelola dan mengurangi risiko kehamilan,” simpul sang ahli.(ant/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya
Kurs
Exit mobile version