Rabu, 15 Mei 2024

Pakar: Perundungan di Pesantren Berakar dari Toxic Maskulinitas dan Relasi Kuasa Tidak Sehat

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Aksi Bullying pada Remaja. Foto : Grid Health

Sri Lestari Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, angkat bicara soal kasus perundungan berujung kematian yang terjadi pada seorang santri di salah satu pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur.

Tari, sapaanya, mengatakan bahwa perundungan yang ada di pondok pesantren pada umumnya dianggap sebagai cara senior untuk mendisiplinkan junior. Menurutnya, cara-cara yang menggunakan kekerasan merupakan tanda dari perilaku toxic maskulinitas atau maskulinitas beracun.

“Dalam toxic maskulinitas, kekerasan antar sesama lelaki dianggap wajar, apalagi konteksnya terjadi dengan melibatkan senioritas,” katanya, pada Jumat (1/3/2024).

Tari mengatakan, senior yang melakukan perundungan terhadap junior dengan tujuan mendisiplinkan, sering kali disalahartikan sebagai sikap yang merepesentasikan kekuatan dan dominansi.

Padahal perilaku tersebut menurutnya sangat buruk. Ia menyebut, relasi kuasa tidak sehat juga menjadi sebab kekerasan tumbuh subur di ruang pendidikan.

“Perspektif itu gambaran maskulinitas beracun dalam budaya patriarki yang cenderung menganggap bahwa kekerasan yang dilakukan antar lelaki adalah hal yang wajar dan laki-laki yang kuat adalah laki-laki yang tahan terhadap kekerasan,” jelasnya.

Ia mengatakan, beberapa kasus di pondok pesantren sebelumnya, juga kerap terjadi kekerasan dengan dalih disiplin dan menuntut kepatuhan yang mutlak dari santri.

Jika perspektif toxic maskulinitas itu terus dilanggengkan dengan pola kekerasan antar senior kepada junior, ia mengatakan bahwa ke depan tidak menutup kemungkinan kasus semacam itu akan terulang kembali.

“Pondok pesantren harus memiliki aturan yang jelas dan mendidik jika tujuannya untuk mendisiplinkan,” ucapnya.

Ia menegaskan, pesantren harus menjadi ruang yang aman dalam mengenyam pendidikan. Relasi kuasa yang menjadi budaya di pesantren harus diubah, karena menurutnya mendidik dengan kekerasan akan banyak berdampak pada hal-hal negatif, seperti trauma, gangguan perkembangan otak dan lain sebagainya.

“Publik juga seharusnya menuntut pesantren bukan malah menyalahkan orang tua korban,” katanya.

Seperti diketahui, kasus perundungan yang berujung kematian di salah satu pondok pesantren di Kediri itu, dilakukan oleh kakak kelas korban dan teman sesama santri. Saat ini, Polres Kota Kediri telah menetapkan empat tersangka sebagai tindak lanjut dari kejadian tersebut. (ris/ham)

Berita Terkait

..
Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Surabaya
Rabu, 15 Mei 2024
28o
Kurs